Kekhususan
individual
1.
Intelegensi/
kecerdasan
“intelegensi”
berasal dari bahasa latin “intelligere” yang mempunyai arti –menghubungkan atau
menyatukan satu sama lain (to organize, to relate, to bind, together).
Para
ahli memberikan berbagai pengertian intelegensi:
þ Menurut
panitia istilah paedagogik , yang dimaksud dengan intelegensi ialah daya
menyesuaikan diri dengan keadaan baru dengan mempergunakan alat-alat berfikir
menurut tujuannya.
(Stern, Kamus
Paedagogik, 1953)
þ Menurut
Thorndike (tokoh psikologi
koneksionisme) menyatakan “intelegence is demonstrable in ability of the
individual to make good responses from the stand point of truth or fact”.
(Skinner, 1959)
þ Lewis Hedison Terman
berpendapat bahwa intelegensi sebagai “…The ability to carry on abstract
thingking”. (Harriman, 1958)
Mengenai faktor-faktor yang
terdapat dalam intelegensi ada beberapa para ahli yang berpendapat tidak
seratus persen sama, seperti yang dikemukakan oleh Thorndike dengan teori , bahwasanya intelegensi itu tersusun dari
beberapa faktor yang terdiri dari elemen-elemen, dan tiap elemen terdiri dari
atom, tiap atom merupakan hubungan stimulus-respon. Jadi suatu aktivitas
merupakan kumpulan dari atom-atom aktivitas yang berkombinasi satu sama
lainnya.
Menurut Spearman intelegensi
memiliki 2 macam faktor yaitu :
1. “General
ability” (faktor G)
2. “Spescal
ability” (faktor S)
Teori
ini dikenal dengan teori dwi faktor (two factors theory). Menurut Spearman
“general ability” atau “general factor” terdapat pada semua individu tetapi
berbeda satu dengan yang lain. Faktor G selalu didapati dalam semua
“performance”. Sedangkan “special ability” (S) merupakan faktor yang bersifat
khusus. jadi, apabila pada seseorang faktor S dalam bidang tertentu dominan
maka ia akan menonjol dalam bidang tersebut. Maka antara “performance” adanya
faktor G dan faktor S dapat dirumuskan dengan :
P = G +
S
|
Karena S
bersifat khusus maka bila individu menghadapi persoalan yang berbeda-beda maka
S nya juga akan berbeda-beda.
Burt
juga mempunyai pandangan yang dekat dengan Spearman. Namun menurut Burt, selain
G ability dan S ability juga terdapat faktor yang lainnya yaitu “common ability/common factor/group factor
ialah ability suatu kelompok kemampuan tertentu, misalnya common ability dalam
hal bahasa, dalam berhitung dsb. Jadi menurut Burt dalam intelegensi ada 3
faktor :
1. Faktor
G
2. Faktor
S
3. Faktor
C
Faktor-faktor inilah yang akn
menyertai individu dalam mengadakan “performance”.
Jadi misalnya performance individu dapat
digambarkan
|
|
Dengan demikian, akan didapatkan berbagai
common factor sesuai dengan kelompok materi atau persoalan yag dihadapi.
Karena masing-masing individu memiliki
intelegensi yang berbeda-beda maka antara individu satu dengan yang lainnya
mempunyai kemampuan yang tidak sama dalam memecahkan sesuatu persoalan yang
sedang dihadapi. Mengenai perbedaan
intelegensi adanya pandangan yang menekan
perbedaan kualitatif dan kuantitatif.
Pandangan yang pertama berpendapat bahwa
perbedaan intelegensi antara yang satu dengan yang lain memang berbeda secara
kualitatif. Adapun yang menitikberatkan pada pandangan yang kuantitatif
berpendapat bahwa perbedaaan intelegensi hanyalah bersifat kuantitatif. Jadi
hanyalah perbedaan materi yang diterima atau karena perbadaan dalam proses
belajar.
Baik pandangan yang pertama dan yang
kedua, kedua-duanya mengakui bahwa individu yang satu dengan yang lainnya
berbeda dalam segi intelegensi. Dengan menggunakan test intelegensi kita dapat
mengungkapkan taraf intelegensi individu yang ditest.
|
|
Test intelegensi yang mengalami
perkembangan terus, pada tahun 1939 David Wechsler menciptakan “individual Intelegence Test” yang terkenal
dengan “Wechsler-Bellevue Intelegence Scale” dan pada tahun 1949 meciptakan
test “Wechsler Intelegence Scale for Children” (WISC) yang diperuntukkan bagi
anak-anak.
Adapun klasifikasi IQ nya
Very superior
|
IQ ≥130
|
Superior
|
120 ≤ IQ ≤ 129
|
Bright Normal
|
110 ≤ IQ
≤ 119
|
Ayerage
|
90 ≤ IQ
≤ 109
|
Dull Normal
|
80 ≤ IQ
≤ 89
|
Borderline
|
70 ≤ IQ
≤ 79
|
Mental Defective
|
IQ ≤ 69 (Harriman, 1958)
|
Pada tahun 1955 Wechsler menciptakan test intelegensi bagi orang dewasa
“ Wechsler Adult Intelegence Scale” (WAIS). Pada test ini secara lebih mendalam
mengenai psikodiagnostik.
Kecerdasan dibagi 2 macam, menurut kekuatannya:
Y Kecerdasan kreatif =>
kecerdasan yang digunakan untuk menciptakan sesuatu. Misalnya menciptakan
mobil, pesawat dan sebagainya
Y Kecerdasan eksekutif =>
kecerdasan yang bersumber untuk mengikuti pikiran orang lain. Mempelajari cara
mencetak, membuat rumah, dan sebagainya.
Kecerdasan menurut fungsinya, dibagi menjadi 2 macam :
y Kecerdasan teoritis :
kecerdasan untuk memecahkan soal-soal yang bersifat teori. Misalnya bekerja di
laboratorium
y Kecerdasan praktis :
kecerdasan untuk mengambil tindakan atau berbuat. Misalnya sirkus, mengemudikan
mobil dan sebaginya
Macam –macam
test kecerdasan
1.
Intelegensi Test Binet-Simon :
Simon dan Binet yang
berkebangsaan Prancis, menyelidiki intelegensi anak-anak berumur 3 – 15 tahun,
untuk hubungan dengan penegtahuan sekolah. Isinya antara lain tentang menirukan
kalimat-kalimat, menyebut deretan angka-angka, membuat kalimat dengan perkataan
dan sebagainya.
Dengan test ini kita mendapatkan perbandingan
kecerdasan.
IQ kita dapatkan dengan cara
menbagi umur kecerdasan (MA) ialah jumlah nilai jawaban-jawaban yang dibagi
umur kalender (CA) ialah umur anak yang diselidiki kemudian dikali 100.
Robertag, seorang ahli ilmu
jiwa Jerman menganggap intelegensi test
Binet-Simon masih kurang tepat dalam menentukan umur kecerdasan. Ia memperbaiki
test tersebut dengan menambah sebuah pertanyaan untuk tiap-tiap tahun menjadi 6
pertanyaan . test ini disebut :
Intelegensi Test Binet-Simon-Robertag
2.
Test Tentara di Amerika
Dalam test ini digunakan
psikoteknik, merupakan ilmu jiwa yang mempelajari kesanggupan seseorang untuk
memegang suatu jabatan yang sesuai dengan kecerdasan masing-masing.
3.
Mental Test
Yaitu test untuk mengetahui
segala kemampuan jiwa seseorang, diantaranya fantasi, ingatan, pikiran,
kecerdasan, perasaan. Test ini hanya bagian dari tes mental
4.
Scholastic Test
Yaitu tes untuk mengetahui
tingkat pengajaran pada tiap-tiap mata pelajaran, tiap-tiap kelas. Yang paling
penting ialah bekerja dengan cepat dan baik. Tes ini berguna untuk menggantikan
ulangan umum/ujian.
2.
Faktor
pembawaan dan lingkungan
Faktor pembawaan/faktor keturunan ialah faktor endogen. Faktor endogen
ialah sifat yang dibawa oleh individu sejak dalam kandungan hingga kelahiran, faktor
endogen yang dibawa oleh individu mempunyai sifat seperti orang tuanya. Sifat
yang mereka dapatkan karena keturunan dikenal dengan hukum mendel.
Individu mempunyai sifat pembawaan psikologik yang erat hubungannya
dengan keadaan jasmani, yaitu temperamen. Temperamen ialah sifat yang
berhubungan dengan fungsi fisiologik seperti darah, kelenjar-kelenjar, atau
cairan-cairan lain yang terdapat dalam tubuh manusia.
Seperti yang dikemukakan oleeh Hypocrates dan Galenus, ada beberapa tipe
temperamen pada manusia:
Ä Sanguinicus
Ä Flegmaticus
Ä Chorelicus
Ä Melancolicus
Temperamen berbeda dengan watak. Watak/karakter ialah keseluruhan dari
sifat yang Nampak dalam perbuatan nya sehari-hari, sebagai hasil pembawaan
lingkungan. Temperamen umumnya bersifat tidak konstan sesuai dengan pengaruh
lingkungan.
Seperti yang dikemukakan oleh Ki
Hadjar Dewantara, bahwa individu ada bagian yang dapat berubah dan tidak dapat diubah. Yang tidak
dapat berubah bersifat lebih konstan, yaitu yang berhubungan dengan temperamen.
Selain sifat jasmani dan temperamen, individu mempunyai sifat pembawaan
lainnya, yaitu bakat (aptitude). Bakat bukanlah satu-satunya faktor yang dibawa
oleh individu sewaktu dilahirkan. Bakat merupakan potensi-potensi yag berisi
kemungkinnan-kemungkinan untuk berkembang ke sesuatu arah.
Untuk mengaktualisasikan bakat diperlukan lingkungan yang baik, dan
mendukung. Karena lingkungan yang baik dapat memberikan kesempatan untuk mengembangkan
bakat sebaik-baiknya. Untuk mengetahui bakat seseorang, biasanya mempergunakan
tes bakat.
Selain faktor endogen, faktor endogen juga memiliki pengaruh bagi
individu itu sendiri. Dimana faktor eksogen merupakan faktor yang datang dari
luar diri individu, diantaranya pengalaman-pengalaman, alam sekitar, pendidikan
dan sebagainya. Pengaruh lingkungan umumnya bersifat pasif, yaitu tidak
memberikan suatu paksaan kepada individu. Sedangkan pendidikan bersifat aktif,
penuh tanggung jawab dan ingin mengarahkan pengembangan individu ke suatu
tujuan tertentu.
Walaupun lingkungan tidak bersifat memaksa, namun peranan lingkungan
cukup besar dalam pengembangan individu.
Adapun macam-macam lingkungan :
Ü Lingkungan sosial primer
Lingkungan yang hubungannya
erat antara anggota satu dengan yang lainnya, saling kenal mengenal dengan
baik. Sehingga pengaruh dari lingkungan sosial akan lebih mendalam dengan
adanya hubungan yang erat antara satu sama lainnya.
Ü Lingkungan sosial sekunder
Lingkungan dimana hubungan antar
anggota sedikit agak longgar, karena antar anggota kurang saling mengenal.
Sehinnga pengaruh lingkungan sosial sekunder ini akan kurang mendalambila
dibandingkan dengan lingkungan primer.
Ada beberapa sikap individu terhadap lingkungan:
1)
Individu menolak atau menentang lingkungan
Dalam kehidupan
bermasyarakat kadang-kadang orang tidak cocok dengan norma-norma dalam suatu
masyarakat. Orang dapat berusaha untuk mengubah norma yang tidak baik menjadi
norma yang baik. Jadi individu secara aktif memberikan pengauh terhadap
lingkungan.
2)
Individu menerima lingkungan
Keadaan sesuai atau sejalan
dengan yang ada dalam diri individu. Sehingga individu dapat menerima
lingkungannya.
3)
Individu bersikap netral
Individu tidak menerima
tetapijuga tidak menolak. Individu dalam keadaan “status quo” terhadap
lingkungan.
3.
Pembentukan
kepribadian
a)
Pengertian Kepribadian
Kepribadian menunjuk pada pengaturan
sikap-sikap seseorang untuk berbuat, berpikir, dan merasakan, khususnya apabila
dia berhubungan dengan orang lain atau menanggapi suatu keadaan. Kepribadian
mencakup kebiasaan, sikap, dan sifat yang dimiliki seseorang apabila
berhubungan dengan orang lain. Konsep kepribadian merupakan konsep yang sangat
luas, sehingga sulit untuk merumuskan satu definisi yang dapat mencakup
keseluruhannya. Secara umum yang dimaksud kepribadian
adalah sifat hakiki yang tercermin pada sikap seseorang yang membedakan dengan
orang lain.
Definisi beberapa ahli mengenai
pengertian kepribadian :
M.A.W. Brower
Kepribadian adalah corak tingkah laku sosial yang meliputi corak
kekuatan, dorongan, keinginan, opini, dan sikap-sikap seseorang.
Koentjaraningrat
Kepribadian adalah suatu susunan dari unsur-unsur akal dan jiwa yang
menentukan tingkah laku atau tindakan seseorang.
Theodore R. Newcomb
Kepribadian adalah organisasi sikap-sikap yang dimiliki seseorang
sebagai latar belakang terhadap perilaku.
Yinger
Kepribadian adalah keseluruhan perilaku dari seorang individu dengan
sistem kecenderungan tertentu yang berinteraksi dengan serangkaian situasi.
Roucek dan Warren
Kepribadian adalah organisasi faktor-faktor biologis, psikologis, dan
sosiologis yang mendasari perilaku seseorang.
Dari pengertian yang diungkapkan
oleh para ahli di atas, dapat kita simpulkan
secara sederhana bahwa yang dimaksud
kepribadian ( personality ) merupakan ciri-ciri dan sifat-sifat khas yang mewakili sikap atau tabiat
seseorang, yang mencakup pola-pola pemikiran dan perasaan, konsep diri,
perangai, dan mentalitas yang umumnya sejalan dengan kebiasaan umum.
b)
Unsur-Unsur dalam Kepribadian
Y
Pengetahuan
Pengetahuan seseorang bersumber dari
pola pikir yang rasional, yang berisi fantasi, pemahaman, dan pengalaman
mengenai bermacam-macam hal yang diperolehnya dari lingkungan yang ada di
sekitarnya. Semua itu direkam dalam otak dan sedikit demi sedikit diungkapkan
dalam bentuk perilakunya di masyarakat.
Y
Perasaan
Perasaan merupakan suatu keadaan dalam kesadaran manusia yang
menghasilkan penilaian positif atau negatif terhadap sesuatu atau peristiwa
tertentu. Perasaan selalu bersifat subjektif, sehingga penilaian seseorang
terhadap suatu hal atau kejadian akan berbeda dengan penilaian orang lain.
Contohnya: penilaian terhadap jam pelajaran yang kosong. Mungkin ada diantara
kita menganggap sebagai hal yang tidak menyenangkan karena merasa rugi tidak
memperoleh pelajaran. Lain halnya dengan penilaian teman yang lainnya, dimana
jam pelajaran kosong dianggap sebagai hal yang menyenangkan. Perasaan mengisi
penuh kesadaran manusia dalam hidupnya.
Y
Dorongan Naluri
Dorongan naluri merupakan kemauan yang sudah menjadi
naluri setiap manusia. Hal itu dimaksudkan untuk memenuhi berbagai kebutuhan
hidup manusia, baik yang bersifat rohaniah maupun jasmaniah.
Ada
tujuh macam dorongan naluri, yaitu :
1.
untuk mempertahankan hidup,
2.
seksual,
3.
mencari makan,
4.
bergaul dan berinteraksi dengan sesama manusia,
5.
meniru tingkah laku sesamanya,
6.
berbakti,
7.
serta keindahan bentuk, warna, suara, dan gerak.
c)
Faktor-Faktor yang Membentuk Kepribadian
Perkembangan kepribadian dipengaruhi
oleh lima faktor, :
ü Warisan Biologis (Heredity)
Warisan biologis mempengaruhi
kehidupan manusia dan setiap manusia mempunyai warisan biologis yang unik,
berbeda dari orang lain. Artinya
tidak ada seorang pun di dunia ini yang mempunyai karakteristik fisik yang sama
persis dengan orang lain, bahkan anak kembar sekalipun. Faktor keturunan
berpengaruh terhadap keramah-tamahan, perilaku kompulsif (terpaksa dilakukan),
dan kemudahan dalam membentuk kepemimpinan, pengendalian diri, dorongan hati,
sikap, dan minat. Warisan biologis yang terpenting terletak pada perbedaan
intelegensi dan kematangan biologis.
ü Warisan Lingkungan Alam (Natural Environment)
Perbedaan iklim, topografi, dan
sumber daya alam menyebabkan manusia harus menyesuaikan diri terhadap alam.
Melalui penyesuaian diri itu, dengan sendirinya pola perilaku masyarakat dan
kebudayaannya pun dipengaruhi oleh alam. Misalnya orang yang hidup di pinggir
pantai dengan mata pencaharian sebagai nelayan mempunyai kepribadian yang
berbeda dengan orang yang tinggal di daerah pertanian. Mereka memiliki nada
bicara yang lebih keras daripada orang-orang yang tinggal di daerah pertanian,
karena harus menyamai dengan debur suara ombak. Hal itu terbawa dalam kehidupan
sehari-hari dan telah menjadi kepribadiannya.
ü Warisan Sosial (Social Heritage) atau
Kebudayaan
Antara manusia, alam, dan kebudayaan
mempunyai hubungan yang sangat erat dan saling mempengaruhi. Manusia berusaha
untuk mengubah alam agar sesuai dengan kebudayaannya guna memenuhi kebutuhan
hidup. Misalnya manusia membuka hutan untuk dijadikan lahan pertanian.
Sementara itu kebudayaan memberikan andil yang besar dalam memberikan warna
kepribadian anggota masyarakatnya.
ü Pengalaman Kelompok Manusia (Group Experiences)
Kehidupan manusia dipengaruhi oleh
kelompoknya. Kelompok manusia, sadar atau tidak telah mempengaruhi
anggota-anggotanya, dan para anggotanya menyesuaikan diri terhadap kelompoknya.
Setiap kelompok mewariskan pengalaman khas yang tidak diberikan oleh kelompok
lain kepada anggotanya, sehingga timbullah kepribadian khas anggota masyarakat
tersebut.
ü Pengalaman Unik ( Unique Experience )
Setiap orang mempunyai kepribadian
yang berbeda dengan orang lain, walaupun orang itu berasal dari keluarga yang
sama, dibesarkan dalam kebudayaan yang sama, serta mempunyai lingkungan fisik
yang sama pula. mereka pernah
mendapatkan pengalaman yang serupa dalam beberapa hal, namun berbeda dalam
beberapa hal lainnya. Mengingat pengalaman setiap orang adalah unik dan tidak
ada pengalaman siapapun yang secara sempurna menyamainya.
Menurut Paul
B. Horton, pengalaman tidaklah
sekedar bertambah, akan tetapi menyatu. Pengalaman yang telah dilewati
memberikan warna tersendiri dalam kepribadian dan menyatu dalam kepribadian
itu, setelah itu baru hadir pengalaman berikutnya.
Selain
kelima faktor pembentuk kepribadian yang telah kita bahas di atas, F.G.
Robbins dalam Sumadi Suryabrata (2003), mengemukakan ada lima faktor yang menjadi dasar
kepribadian, yaitu sifat dasar, lingkungan prenatal, perbedaan individual,
lingkungan, dan motivasi.
Ü Sifat Dasar
Sifat
dasar
merupakan keseluruhan potensi yang dimiliki seseorang yang diwarisi dari ayah
dan ibunya. Dalam hal ini, Robbins lebih menekankan pada sifat biologis yang
merupakan salah satu hal yang diwariskan dari orang tua kepada anaknya.
Ü Lingkungan Prenatal
Lingkungan
prenatal
merupakan lingkungan dalam kandungan ibu. Pada periode ini individu mendapatkan
pengaruh tidak langsung dari ibu. Maka dari itu, kondisi ibu sangat menentukan
kondisi bayi yang ada dalam kandungannya tersebut, baik secara fisik maupun
secara psikis. Banyak peristiwa yang sudah ada membuktikan bahwa seorang ibu
yang pada waktu mengandung mengalami tekanan psikis yang begitu hebatnya,
biasanya pada saat proses kelahiran bayi ada gangguan atau dapat dikatakan
tidak lancar.
Ü Perbedaan Individual
Perbedaan individu merupakan salah satu faktor yang
memengaruhi proses sosialisasi sejak lahir. Anak tumbuh dan berkembang sebagai
individu yang unik, berbeda dengan individu lainnya, dan bersikap selektif
terhadap pengaruh dari lingkungan.
Ü Lingkungan
Lingkungan meliputi segala kondisi yang ada di sekeliling individu
yang memengaruhi proses sosialisasinya. Proses sosialisasi individu tersebut
akan berpengaruh pada kepribadiannya.
Ü Motivasi
Motivasi adalah dorongan-dorongan, baik yang datang dari dalam
maupun luar individu sehingga menggerakkan individu untuk berbuat atau
melakukan sesuatu. Dorongan-dorongan inilah yang akan membentuk kepribadian
individu sebagai warna dalam kehidupan bermasyarakat.
Ada
beberapa tipe kebudayaan khusus yang memengaruhi kepribadian, yaitu sebagai
berikut:
F Kebudayaan Khusus Atas Dasar Faktor
Kedaerahan
Di sini dijumpai kepribadian yang
berbeda dari individu individu yang merupakan anggota suatu masyarakat
tertentu, sehingga masing-masing tinggal di daerah-daerah yang berlainan dengan
kebudayaan khusus yang berbeda pula.
F Cara Hidup di Kota dan di Desa yang
Berbeda
Ciri khas yang dapat dilihat pada
anggota masyarakat yang hidup di kota
besar adalah sikap individualistik.
Sedangkan orang desa lebih
menampakkan diri sebagai masyarakat yang mempunyai sikap gotong royong yang sangat tinggi.
F Kebudayaan Khusus Kelas Sosial
Dalam kenyataan di masyarakat,
setiap kelas sosial mengembangkan kebudayaan yang saling berbeda, yang pada
akhirnya menghasilkan kepribadian yang berbeda pula pada masing-masing
anggotanya. Misalnya kebiasaan orang-orang yang berasal dari kelas atas dalam
mengisi waktu liburannya ke luar negeri. Kebiasaan tersebut akan menghasilkan
kepribadian yang berbeda dengan kelas sosial lainnya di masyarakat.
F Kebudayaan Khusus Atas Dasar Agama
Agama juga mempunyai pengaruh yang
besar untuk membentuk kepribadian individu. Adanya mazhab-mazhab tertentu dalam
suatu agama dapat melahirkan kepribadian yang berbeda-beda di kalangan
anggotaanggota mazhab yang berlainan itu.
F Kebudayaan Khusus Atas Dasar
Pekerjaan atau Keahlian
Pekerjaan atau keahlian yang
dimiliki seseorang juga mempunyai pengaruh terhadap kepribadiannya. Contohnya
kepribadian seorang guru pasti berbeda dengan militer. Profesi-profesi tersebut
mempunyai cara yang berbeda dalam mendidik anak dan cara bergaul.
d)
Tahap-Tahap Perkembangan Kepribadian
Tahap-tahap perkembangan kepribadian setiap individu tidak
dapat disamakan satu dengan yang lainnya. Tetapi secara umum dapat dirumuskan
sebagai berikut.
I.
Fase Pertama
Fase pertama dimulai sejak anak
berusia satu sampai dua tahun, ketika anak mulai mengenal dirinya sendiri. Pada
fase ini, kita dapat membedakan kepribadian seseorang menjadi dua bagian
penting, yaitu sebagai berikut.
1) Bagian yang pertama berisi
unsur-unsur dasar atas berbagai sikap yang disebut dengan attitudes yang
kurang lebih bersifat permanen dan tidak mudah berubah di kemudian hari.
Unsur-unsur itu adalah struktur dasar kepribadian (basic personality
structure) dan capital personality. Kedua unsur ini
merupakan sifat dasar dari manusia yang telah dimiliki sebagai warisan biologis
dari orang tuanya.
2) Bagian kedua berisi unsur-unsur
yang terdiri atas keyakinan-keyakinan atau anggapan-anggapan yang lebih
fleksibel yang sifatnya mudah berubah atau dapat ditinjau kembali di kemudian
hari.
II.
Fase Kedua
Fase ini merupakan fase yang sangat
efektif dalam membentuk dan mengembangkan bakat-bakat yang ada pada diri
seorang anak. Fase ini diawali dari usia dua sampai tiga tahun. Fase ini
merupakan fase perkembangan di mana rasa aku yang telah dimiliki seorang anak
mulai berkembang karakternya sesuai dengan tipe pergaulan yang ada di
lingkungannya, termasuk struktur tata nilai maupun struktur budayanya.
Fase ini berlangsung relatif panjang
hingga anak menjelang masa kedewasaannya sampai kepribadian tersebut mulai
tampak dengan tipe-tipe perilaku yang khas yang tampak dalam hal-hal berikut
ini.
1.
Dorongan-Dorongan (Drives)
Unsur ini merupakan pusat dari
kehendak manusia untuk melakukan suatu aktivitas yang selanjutnya akan
membentuk motif-motif tertentu untuk mewujudkan suatu keinginan. Drivers ini
dibedakan atas kehendak dan nafsu-nafsu. Kehendak merupakan dorongan-dorongan
yang bersifat kultural, artinya sesuai dengan tingkat peradaban dan tingkat
perekonomian seseorang. Sedangkan nafsu-nafsu merupakan kehendak yang terdorong
oleh kebutuhan biologis, misalnya nafsu makan, birahi (seksual), amarah, dan
yang lainnya.
2.
Naluri (Instinct)
Naluri merupakan suatu dorongan yang
bersifat kodrati yang melekat dengan hakikat makhluk hidup. Misalnya seorang
ibu mempunyai naluri yang kuat untuk mempunyai anak, mengasuh, dan membesarkan
hingga dewasa. Naluri ini dapat dilakukan pada setiap makhluk hidup tanpa harus
belajar lebih dahulu seolah-olah telah menyatu dengan hakikat makhluk hidup.
3.
Getaran Hati (Emosi)
Emosi atau getaran hati merupakan
sesuatu yang abstrak yang menjadi sumber perasaan manusia. Emosi dapat menjadi
pengukur segala sesuatu yang ada pada jiwa manusia, seperti senang, sedih,
indah, serasi, dan yang lainnya.
4.
Perangai
Perangai merupakan perwujudan dari
perpaduan antara hati dan pikiran manusia yang tampak dari raut muka maupun
gerak-gerik seseorang. Perangai ini merupakan salah satu unsur dari kepribadian
yang mulai riil, dapat dilihat, dan diidentifikasi oleh orang lain.
5.
Inteligensi (Intelligence Quetient-IQ)
Inteligensi adalah tingkat kemampuan
berpikir yang dimiliki oleh seseorang. Sesuatu yang termasuk dalam intelegensi
adalah IQ, memori-memori pengetahuan, serta pengalaman-pengalaman yang telah
diperoleh seseorang selama melakukan sosialisasi.
6.
Bakat (Talent)
Bakat pada hakikatnya merupakan
sesuatu yang abstrak yang diperoleh seseorang karena warisan biologis yang
diturunkan oleh leluhurnya, seperti bakat seni, olahraga, berdagang,
berpolitik, dan lainnya. Bakat merupakan sesuatu yang sangat mendasar dalam
mengembangkan keterampilan-keterampilan yang ada pada seseorang. Setiap orang
memiliki bakat yang berbeda-beda, walaupun berasal dari ayah dan ibu yang sama.
III.
Fase Ketiga
Pada proses perkembangan kepribadian
seseorang, fase ini merupakan fase terakhir yang ditandai dengan semakin
stabilnya perilaku-perilaku yang khas dari orang tersebut.
Pada fase ketiga terjadi
perkembangan yang relatif tetap, yaitu dengan terbentuknya perilaku-perilaku
yang khas sebagai perwujudan kepribadian yang bersifat abstrak. Setelah
kepribadian terbentuk secara permanen, maka dapat diklasifikasikan tiga tipe kepribadian, yaitu kepribadian
normatif, kepribadian otoriter, dan kepribadian perbatasan.
1. Kepribadian Normatif ( Normative Man )
Kepribadian ini merupakan tipe
kepribadian yang ideal, di mana seseorang mempunyai prinsip-prinsip yang kuat untuk
menerapkan nilai-nilai sentral yang ada dalam dirinya sebagai hasil sosialisasi
pada masa sebelumnya. Seseorang memiliki kepribadian normatif apabila terjadi
proses sosialisasi antara perlakuan terhadap dirinya dan perlakuan terhadap
orang lain sesuai dengan tata nilai yang ada di dalam masyarakat. Tipe ini
ditandai dengan kemampuan menyesuaikan diri yang sangat tinggi dan dapat
menampung banyak aspirasi dari orang lain.
2. Kepribadian Otoriter ( Otoriter Man )
Tipe ini terbentuk melalui proses
sosialisasi individu yang lebih mementingkan kepentingan diri sendiri daripada
kepentingan orang lain. Situasi ini sering terjadi pada anak tunggal, anak yang
sejak kecil mendapat dukungan dan perlindungan yang lebih dari lingkungan
orang-orang di sekitarnya, serta anak yang sejak kecil memimpin kelompoknya.
3. Kepribadian Perbatasan
Kepribadian ini merupakan tipe kepribadian yang relatif labil di mana
ciri khas dari prinsip-prinsip dan perilakunya seringkali mengalami perubahan-perubahan,
sehingga seolah-olah seseorang itu mempunyai lebih dari satu corak kepribadian.
Seseorang dikatakan memiliki kepribadian perbatasan apabila orang ini memiliki
dualisme budaya, misalnya karena proses perkawinan atau karena situasi
tertentu hingga mereka harus mengabdi pada dua struktur budaya masyarakat yang
berbeda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar