Rabu, 21 Mei 2014

Psikologi Umum : Kekhusussan Individual


Kekhususan individual

1.          Intelegensi/ kecerdasan
“intelegensi” berasal dari bahasa latin “intelligere” yang mempunyai arti –menghubungkan atau menyatukan satu sama lain (to organize, to relate, to bind, together).
Para ahli memberikan berbagai pengertian intelegensi:
þ  Menurut panitia istilah paedagogik , yang dimaksud dengan intelegensi ialah daya menyesuaikan diri dengan keadaan baru dengan mempergunakan alat-alat berfikir menurut tujuannya.
(Stern, Kamus Paedagogik, 1953)
þ  Menurut Thorndike (tokoh psikologi koneksionisme) menyatakan “intelegence is demonstrable in ability of the individual to make good responses from the stand point of truth or fact”. (Skinner, 1959)
þ  Lewis Hedison Terman berpendapat bahwa intelegensi sebagai “…The ability to carry on abstract thingking”. (Harriman, 1958)
Mengenai faktor-faktor yang terdapat dalam intelegensi ada beberapa para ahli yang berpendapat tidak seratus persen sama, seperti yang dikemukakan oleh Thorndike dengan teori , bahwasanya intelegensi itu tersusun dari beberapa faktor yang terdiri dari elemen-elemen, dan tiap elemen terdiri dari atom, tiap atom merupakan hubungan stimulus-respon. Jadi suatu aktivitas merupakan kumpulan dari atom-atom aktivitas yang berkombinasi satu sama lainnya.
Menurut Spearman intelegensi memiliki 2 macam faktor yaitu :
1.      “General ability” (faktor G)
2.      “Spescal ability” (faktor S)
Teori ini dikenal dengan teori dwi faktor (two factors theory). Menurut Spearman “general ability” atau “general factor” terdapat pada semua individu tetapi berbeda satu dengan yang lain. Faktor G selalu didapati dalam semua “performance”. Sedangkan “special ability” (S) merupakan faktor yang bersifat khusus. jadi, apabila pada seseorang faktor S dalam bidang tertentu dominan maka ia akan menonjol dalam bidang tersebut. Maka antara “performance” adanya faktor G dan faktor S dapat dirumuskan dengan :
P = G + S
 


Karena S bersifat khusus maka bila individu menghadapi persoalan yang berbeda-beda maka S nya juga akan berbeda-beda.

Burt juga mempunyai pandangan yang dekat dengan Spearman. Namun menurut Burt, selain G ability dan S ability juga terdapat faktor yang lainnya yaitu  “common ability/common factor/group factor ialah ability suatu kelompok kemampuan tertentu, misalnya common ability dalam hal bahasa, dalam berhitung dsb. Jadi menurut Burt dalam intelegensi ada 3 faktor :
1.      Faktor G
2.      Faktor S
3.      Faktor C
Faktor-faktor inilah yang akn menyertai individu dalam mengadakan “performance”.
 Jadi misalnya performance individu dapat digambarkan
Dengan demikian, akan didapatkan berbagai common factor sesuai dengan kelompok materi atau persoalan yag dihadapi.
Karena masing-masing individu memiliki intelegensi yang berbeda-beda maka antara individu satu dengan yang lainnya mempunyai kemampuan yang tidak sama dalam memecahkan sesuatu persoalan yang sedang dihadapi. Mengenai  perbedaan intelegensi adanya pandangan yang menekan  perbedaan kualitatif dan kuantitatif.
Pandangan yang pertama berpendapat bahwa perbedaan intelegensi antara yang satu dengan yang lain memang berbeda secara kualitatif. Adapun yang menitikberatkan pada pandangan yang kuantitatif berpendapat bahwa perbedaaan intelegensi hanyalah bersifat kuantitatif. Jadi hanyalah perbedaan materi yang diterima atau karena perbadaan dalam proses belajar.
Baik pandangan yang pertama dan yang kedua, kedua-duanya mengakui bahwa individu yang satu dengan yang lainnya berbeda dalam segi intelegensi. Dengan menggunakan test intelegensi kita dapat mengungkapkan taraf intelegensi individu yang ditest.
Orang yang pertama dipandang sebagai pencipta test intelegensi ialah Binet. Tes ini mula-mula disusun dalam tahun 1905, kemudian mendapat bermacam-macam revisi. Pada tahun 1911 diadakan revis yang kedua. Lalu dalam tahun 1916 test Binet direvisi dan diadaptasikan, terkenal dengan revisi Terman dari “Stanford Revision”. Lalu revisi ini diadakan untuk menyesuaikan test ini dengan keadaan Amerika dan digunakan pengertian :

Untuk menghindari angka pecahan maka rumus ini dikalikan dengan 100, sehingga rumus menjadi :

Test intelegensi yang mengalami perkembangan terus, pada tahun 1939 David Wechsler menciptakan  “individual Intelegence Test” yang terkenal dengan “Wechsler-Bellevue Intelegence Scale” dan pada tahun 1949 meciptakan test “Wechsler Intelegence Scale for Children” (WISC) yang diperuntukkan bagi anak-anak.
Adapun klasifikasi IQ nya
Very superior
IQ ≥130
Superior
120   IQ   129
Bright Normal
110     IQ    119
Ayerage
90     IQ    109
Dull Normal
80     IQ    89
Borderline
70    IQ     79
Mental Defective
IQ ≤ 69 (Harriman, 1958)
Pada tahun 1955 Wechsler menciptakan test intelegensi bagi orang dewasa “ Wechsler Adult Intelegence Scale” (WAIS). Pada test ini secara lebih mendalam mengenai psikodiagnostik.
Kecerdasan dibagi 2 macam, menurut kekuatannya:
Y      Kecerdasan kreatif => kecerdasan yang digunakan untuk menciptakan sesuatu. Misalnya menciptakan mobil, pesawat dan sebagainya
Y      Kecerdasan eksekutif => kecerdasan yang bersumber untuk mengikuti pikiran orang lain. Mempelajari cara mencetak, membuat rumah, dan sebagainya.
Kecerdasan menurut fungsinya, dibagi menjadi 2 macam :
y       Kecerdasan teoritis : kecerdasan untuk memecahkan soal-soal yang bersifat teori. Misalnya bekerja di laboratorium
y       Kecerdasan praktis : kecerdasan untuk mengambil tindakan atau berbuat. Misalnya sirkus, mengemudikan mobil dan sebaginya
Macam –macam test kecerdasan
1.                  Intelegensi Test Binet-Simon :
Simon dan Binet yang berkebangsaan Prancis, menyelidiki intelegensi anak-anak berumur 3 – 15 tahun, untuk hubungan dengan penegtahuan sekolah. Isinya antara lain tentang menirukan kalimat-kalimat, menyebut deretan angka-angka, membuat kalimat dengan perkataan dan sebagainya.
Dengan test ini kita mendapatkan perbandingan kecerdasan.
IQ kita dapatkan dengan cara menbagi umur kecerdasan (MA) ialah jumlah nilai jawaban-jawaban yang dibagi umur kalender (CA) ialah umur anak yang diselidiki kemudian dikali 100.
Robertag, seorang ahli ilmu jiwa  Jerman menganggap intelegensi test Binet-Simon masih kurang tepat dalam menentukan umur kecerdasan. Ia memperbaiki test tersebut dengan menambah sebuah pertanyaan untuk tiap-tiap tahun menjadi 6 pertanyaan . test ini disebut : Intelegensi Test Binet-Simon-Robertag
2.                  Test Tentara di Amerika
Dalam test ini digunakan psikoteknik, merupakan ilmu jiwa yang mempelajari kesanggupan seseorang untuk memegang suatu jabatan yang sesuai dengan kecerdasan masing-masing.  
3.                  Mental Test
Yaitu test untuk mengetahui segala kemampuan jiwa seseorang, diantaranya fantasi, ingatan, pikiran, kecerdasan, perasaan. Test ini hanya bagian dari tes mental
4.                  Scholastic Test
Yaitu tes untuk mengetahui tingkat pengajaran pada tiap-tiap mata pelajaran, tiap-tiap kelas. Yang paling penting ialah bekerja dengan cepat dan baik. Tes ini berguna untuk menggantikan ulangan umum/ujian.

2.      Faktor pembawaan dan lingkungan
Faktor pembawaan/faktor keturunan ialah faktor endogen. Faktor endogen ialah sifat yang dibawa oleh individu sejak dalam kandungan hingga kelahiran, faktor endogen yang dibawa oleh individu mempunyai sifat seperti orang tuanya. Sifat yang mereka dapatkan karena keturunan dikenal dengan hukum mendel.
Individu mempunyai sifat pembawaan psikologik yang erat hubungannya dengan keadaan jasmani, yaitu temperamen. Temperamen ialah sifat yang berhubungan dengan fungsi fisiologik seperti darah, kelenjar-kelenjar, atau cairan-cairan lain yang terdapat dalam tubuh manusia.
Seperti yang dikemukakan oleeh Hypocrates dan Galenus, ada beberapa tipe temperamen pada manusia:
Ä  Sanguinicus
Ä  Flegmaticus
Ä  Chorelicus
Ä  Melancolicus
Temperamen berbeda dengan watak. Watak/karakter ialah keseluruhan dari sifat yang Nampak dalam perbuatan nya sehari-hari, sebagai hasil pembawaan lingkungan. Temperamen umumnya bersifat tidak konstan sesuai dengan pengaruh lingkungan.
Seperti yang dikemukakan oleh Ki Hadjar Dewantara, bahwa individu ada bagian yang dapat berubah dan tidak dapat diubah. Yang tidak dapat berubah bersifat lebih konstan, yaitu yang berhubungan dengan temperamen.
Selain sifat jasmani dan temperamen, individu mempunyai sifat pembawaan lainnya, yaitu bakat (aptitude). Bakat bukanlah satu-satunya faktor yang dibawa oleh individu sewaktu dilahirkan. Bakat merupakan potensi-potensi yag berisi kemungkinnan-kemungkinan untuk berkembang ke sesuatu arah. 
Untuk mengaktualisasikan bakat diperlukan lingkungan yang baik, dan mendukung. Karena lingkungan yang baik dapat memberikan kesempatan untuk mengembangkan bakat sebaik-baiknya. Untuk mengetahui bakat seseorang, biasanya mempergunakan tes bakat.
Selain faktor endogen, faktor endogen juga memiliki pengaruh bagi individu itu sendiri. Dimana faktor eksogen merupakan faktor yang datang dari luar diri individu, diantaranya pengalaman-pengalaman, alam sekitar, pendidikan dan sebagainya. Pengaruh lingkungan umumnya bersifat pasif, yaitu tidak memberikan suatu paksaan kepada individu. Sedangkan pendidikan bersifat aktif, penuh tanggung jawab dan ingin mengarahkan pengembangan individu ke suatu tujuan tertentu.
Walaupun lingkungan tidak bersifat memaksa, namun peranan lingkungan cukup besar dalam pengembangan individu.
 Adapun macam-macam lingkungan :
Ü  Lingkungan sosial primer
Lingkungan yang hubungannya erat antara anggota satu dengan yang lainnya, saling kenal mengenal dengan baik. Sehingga pengaruh dari lingkungan sosial akan lebih mendalam dengan adanya hubungan yang erat antara satu sama lainnya.
Ü  Lingkungan sosial sekunder
Lingkungan dimana hubungan antar anggota sedikit agak longgar, karena antar anggota kurang saling mengenal. Sehinnga pengaruh lingkungan sosial sekunder ini akan kurang mendalambila dibandingkan dengan lingkungan primer.
Ada beberapa sikap individu terhadap lingkungan:
1)      Individu menolak atau menentang lingkungan
Dalam kehidupan bermasyarakat kadang-kadang orang tidak cocok dengan norma-norma dalam suatu masyarakat. Orang dapat berusaha untuk mengubah norma yang tidak baik menjadi norma yang baik. Jadi individu secara aktif memberikan pengauh terhadap lingkungan.
2)      Individu menerima lingkungan
Keadaan sesuai atau sejalan dengan yang ada dalam diri individu. Sehingga individu dapat menerima lingkungannya.
3)      Individu bersikap netral
Individu tidak menerima tetapijuga tidak menolak. Individu dalam keadaan “status quo” terhadap lingkungan.

3.    Pembentukan kepribadian
a)               Pengertian Kepribadian
Kepribadian menunjuk pada pengaturan sikap-sikap seseorang untuk berbuat, berpikir, dan merasakan, khususnya apabila dia berhubungan dengan orang lain atau menanggapi suatu keadaan. Kepribadian mencakup kebiasaan, sikap, dan sifat yang dimiliki seseorang apabila berhubungan dengan orang lain. Konsep kepribadian merupakan konsep yang sangat luas, sehingga sulit untuk merumuskan satu definisi yang dapat mencakup keseluruhannya. Secara umum yang dimaksud kepribadian adalah sifat hakiki yang tercermin pada sikap seseorang yang membedakan dengan orang lain.
Definisi beberapa ahli mengenai pengertian kepribadian :
  M.A.W. Brower
   Kepribadian adalah corak tingkah laku sosial yang meliputi corak kekuatan, dorongan, keinginan, opini, dan sikap-sikap seseorang.
  Koentjaraningrat
   Kepribadian adalah suatu susunan dari unsur-unsur akal dan jiwa yang menentukan tingkah laku atau tindakan seseorang.
  Theodore R. Newcomb
Kepribadian adalah organisasi sikap-sikap yang dimiliki seseorang sebagai latar belakang terhadap perilaku.
  Yinger
   Kepribadian adalah keseluruhan perilaku dari seorang individu dengan sistem kecenderungan tertentu yang berinteraksi dengan serangkaian situasi.
  Roucek dan Warren
   Kepribadian adalah organisasi faktor-faktor biologis, psikologis, dan sosiologis yang mendasari perilaku seseorang.
              
Dari pengertian yang diungkapkan oleh para ahli di atas, dapat kita simpulkan secara sederhana bahwa yang dimaksud kepribadian ( personality ) merupakan ciri-ciri dan sifat-sifat khas yang mewakili sikap atau tabiat seseorang, yang mencakup pola-pola pemikiran dan perasaan, konsep diri, perangai, dan mentalitas yang umumnya sejalan dengan kebiasaan umum.
b)     Unsur-Unsur dalam Kepribadian
Y            Pengetahuan
Pengetahuan seseorang bersumber dari pola pikir yang rasional, yang berisi fantasi, pemahaman, dan pengalaman mengenai bermacam-macam hal yang diperolehnya dari lingkungan yang ada di sekitarnya. Semua itu direkam dalam otak dan sedikit demi sedikit diungkapkan dalam bentuk perilakunya di masyarakat.
Y            Perasaan
      Perasaan merupakan suatu keadaan dalam kesadaran manusia yang menghasilkan penilaian positif atau negatif terhadap sesuatu atau peristiwa tertentu. Perasaan selalu bersifat subjektif, sehingga penilaian seseorang terhadap suatu hal atau kejadian akan berbeda dengan penilaian orang lain. Contohnya: penilaian terhadap jam pelajaran yang kosong. Mungkin ada diantara kita menganggap sebagai hal yang tidak menyenangkan karena merasa rugi tidak memperoleh pelajaran. Lain halnya dengan penilaian teman yang lainnya, dimana jam pelajaran kosong dianggap sebagai hal yang menyenangkan. Perasaan mengisi penuh kesadaran manusia dalam hidupnya.
Y            Dorongan Naluri
         Dorongan naluri merupakan kemauan yang sudah menjadi naluri setiap manusia. Hal itu dimaksudkan untuk memenuhi berbagai kebutuhan hidup manusia, baik yang bersifat rohaniah maupun jasmaniah.
         Ada tujuh macam dorongan naluri, yaitu :
1.      untuk mempertahankan hidup,
2.      seksual,
3.      mencari makan,
4.      bergaul dan berinteraksi dengan sesama manusia,
5.      meniru tingkah laku sesamanya,
6.      berbakti,
7.      serta keindahan bentuk, warna, suara, dan gerak.
c)      Faktor-Faktor yang Membentuk Kepribadian
Perkembangan kepribadian dipengaruhi oleh lima faktor, :
ü  Warisan Biologis (Heredity)
               Warisan biologis mempengaruhi kehidupan manusia dan setiap manusia mempunyai warisan biologis yang unik, berbeda dari orang lain. Artinya tidak ada seorang pun di dunia ini yang mempunyai karakteristik fisik yang sama persis dengan orang lain, bahkan anak kembar sekalipun. Faktor keturunan berpengaruh terhadap keramah-tamahan, perilaku kompulsif (terpaksa dilakukan), dan kemudahan dalam membentuk kepemimpinan, pengendalian diri, dorongan hati, sikap, dan minat. Warisan biologis yang terpenting terletak pada perbedaan intelegensi dan kematangan biologis.
ü  Warisan Lingkungan Alam (Natural Environment)
               Perbedaan iklim, topografi, dan sumber daya alam menyebabkan manusia harus menyesuaikan diri terhadap alam. Melalui penyesuaian diri itu, dengan sendirinya pola perilaku masyarakat dan kebudayaannya pun dipengaruhi oleh alam. Misalnya orang yang hidup di pinggir pantai dengan mata pencaharian sebagai nelayan mempunyai kepribadian yang berbeda dengan orang yang tinggal di daerah pertanian. Mereka memiliki nada bicara yang lebih keras daripada orang-orang yang tinggal di daerah pertanian, karena harus menyamai dengan debur suara ombak. Hal itu terbawa dalam kehidupan sehari-hari dan telah menjadi kepribadiannya.
ü  Warisan Sosial (Social Heritage) atau Kebudayaan
               Antara manusia, alam, dan kebudayaan mempunyai hubungan yang sangat erat dan saling mempengaruhi. Manusia berusaha untuk mengubah alam agar sesuai dengan kebudayaannya guna memenuhi kebutuhan hidup. Misalnya manusia membuka hutan untuk dijadikan lahan pertanian. Sementara itu kebudayaan memberikan andil yang besar dalam memberikan warna kepribadian anggota masyarakatnya.
ü  Pengalaman Kelompok Manusia (Group Experiences)
               Kehidupan manusia dipengaruhi oleh kelompoknya. Kelompok manusia, sadar atau tidak telah mempengaruhi anggota-anggotanya, dan para anggotanya menyesuaikan diri terhadap kelompoknya. Setiap kelompok mewariskan pengalaman khas yang tidak diberikan oleh kelompok lain kepada anggotanya, sehingga timbullah kepribadian khas anggota masyarakat tersebut.
ü  Pengalaman Unik ( Unique Experience )
               Setiap orang mempunyai kepribadian yang berbeda dengan orang lain, walaupun orang itu berasal dari keluarga yang sama, dibesarkan dalam kebudayaan yang sama, serta mempunyai lingkungan fisik yang sama pula.  mereka pernah mendapatkan pengalaman yang serupa dalam beberapa hal, namun berbeda dalam beberapa hal lainnya. Mengingat pengalaman setiap orang adalah unik dan tidak ada pengalaman siapapun yang secara sempurna menyamainya.
Menurut Paul B. Horton, pengalaman tidaklah sekedar bertambah, akan tetapi menyatu. Pengalaman yang telah dilewati memberikan warna tersendiri dalam kepribadian dan menyatu dalam kepribadian itu, setelah itu baru hadir pengalaman berikutnya.
Selain kelima faktor pembentuk kepribadian yang telah kita bahas di atas, F.G. Robbins dalam Sumadi Suryabrata (2003), mengemukakan ada lima faktor yang menjadi dasar kepribadian, yaitu sifat dasar, lingkungan prenatal, perbedaan individual, lingkungan, dan motivasi.
Ü  Sifat Dasar
Sifat dasar merupakan keseluruhan potensi yang dimiliki seseorang yang diwarisi dari ayah dan ibunya. Dalam hal ini, Robbins lebih menekankan pada sifat biologis yang merupakan salah satu hal yang diwariskan dari orang tua kepada anaknya.
Ü  Lingkungan Prenatal
Lingkungan prenatal merupakan lingkungan dalam kandungan ibu. Pada periode ini individu mendapatkan pengaruh tidak langsung dari ibu. Maka dari itu, kondisi ibu sangat menentukan kondisi bayi yang ada dalam kandungannya tersebut, baik secara fisik maupun secara psikis. Banyak peristiwa yang sudah ada membuktikan bahwa seorang ibu yang pada waktu mengandung mengalami tekanan psikis yang begitu hebatnya, biasanya pada saat proses kelahiran bayi ada gangguan atau dapat dikatakan tidak lancar.
Ü  Perbedaan Individual
         Perbedaan individu merupakan salah satu faktor yang memengaruhi proses sosialisasi sejak lahir. Anak tumbuh dan berkembang sebagai individu yang unik, berbeda dengan individu lainnya, dan bersikap selektif terhadap pengaruh dari lingkungan.
Ü  Lingkungan
         Lingkungan meliputi segala kondisi yang ada di sekeliling individu yang memengaruhi proses sosialisasinya. Proses sosialisasi individu tersebut akan berpengaruh pada kepribadiannya.
Ü  Motivasi
         Motivasi adalah dorongan-dorongan, baik yang datang dari dalam maupun luar individu sehingga menggerakkan individu untuk berbuat atau melakukan sesuatu. Dorongan-dorongan inilah yang akan membentuk kepribadian individu sebagai warna dalam kehidupan bermasyarakat.
Ada beberapa tipe kebudayaan khusus yang memengaruhi kepribadian, yaitu sebagai berikut:
F Kebudayaan Khusus Atas Dasar Faktor Kedaerahan
Di sini dijumpai kepribadian yang berbeda dari individu individu yang merupakan anggota suatu masyarakat tertentu, sehingga masing-masing tinggal di daerah-daerah yang berlainan dengan kebudayaan khusus yang berbeda pula.
F Cara Hidup di Kota dan di Desa yang Berbeda
Ciri khas yang dapat dilihat pada anggota masyarakat yang hidup di kota besar adalah sikap individualistik. Sedangkan orang desa lebih menampakkan diri sebagai masyarakat yang mempunyai sikap gotong royong yang sangat tinggi.
F Kebudayaan Khusus Kelas Sosial
Dalam kenyataan di masyarakat, setiap kelas sosial mengembangkan kebudayaan yang saling berbeda, yang pada akhirnya menghasilkan kepribadian yang berbeda pula pada masing-masing anggotanya. Misalnya kebiasaan orang-orang yang berasal dari kelas atas dalam mengisi waktu liburannya ke luar negeri. Kebiasaan tersebut akan menghasilkan kepribadian yang berbeda dengan kelas sosial lainnya di masyarakat.
F Kebudayaan Khusus Atas Dasar Agama
Agama juga mempunyai pengaruh yang besar untuk membentuk kepribadian individu. Adanya mazhab-mazhab tertentu dalam suatu agama dapat melahirkan kepribadian yang berbeda-beda di kalangan anggotaanggota mazhab yang berlainan itu.
F Kebudayaan Khusus Atas Dasar Pekerjaan atau Keahlian
Pekerjaan atau keahlian yang dimiliki seseorang juga mempunyai pengaruh terhadap kepribadiannya. Contohnya kepribadian seorang guru pasti berbeda dengan militer. Profesi-profesi tersebut mempunyai cara yang berbeda dalam mendidik anak dan cara bergaul.
d)     Tahap-Tahap Perkembangan Kepribadian
Tahap-tahap perkembangan kepribadian setiap individu tidak dapat disamakan satu dengan yang lainnya. Tetapi secara umum dapat dirumuskan sebagai berikut.
                                                       I.            Fase Pertama
Fase pertama dimulai sejak anak berusia satu sampai dua tahun, ketika anak mulai mengenal dirinya sendiri. Pada fase ini, kita dapat membedakan kepribadian seseorang menjadi dua bagian penting, yaitu sebagai berikut.
1) Bagian yang pertama berisi unsur-unsur dasar atas berbagai sikap yang disebut dengan attitudes yang kurang lebih bersifat permanen dan tidak mudah berubah di kemudian hari. Unsur-unsur itu adalah struktur dasar kepribadian (basic personality structure) dan capital personality. Kedua unsur ini merupakan sifat dasar dari manusia yang telah dimiliki sebagai warisan biologis dari orang tuanya.
2) Bagian kedua berisi unsur-unsur yang terdiri atas keyakinan-keyakinan atau anggapan-anggapan yang lebih fleksibel yang sifatnya mudah berubah atau dapat ditinjau kembali di kemudian hari.
                                                    II.            Fase Kedua
Fase ini merupakan fase yang sangat efektif dalam membentuk dan mengembangkan bakat-bakat yang ada pada diri seorang anak. Fase ini diawali dari usia dua sampai tiga tahun. Fase ini merupakan fase perkembangan di mana rasa aku yang telah dimiliki seorang anak mulai berkembang karakternya sesuai dengan tipe pergaulan yang ada di lingkungannya, termasuk struktur tata nilai maupun struktur budayanya.
Fase ini berlangsung relatif panjang hingga anak menjelang masa kedewasaannya sampai kepribadian tersebut mulai tampak dengan tipe-tipe perilaku yang khas yang tampak dalam hal-hal berikut ini.
1.      Dorongan-Dorongan (Drives)
Unsur ini merupakan pusat dari kehendak manusia untuk melakukan suatu aktivitas yang selanjutnya akan membentuk motif-motif tertentu untuk mewujudkan suatu keinginan. Drivers ini dibedakan atas kehendak dan nafsu-nafsu. Kehendak merupakan dorongan-dorongan yang bersifat kultural, artinya sesuai dengan tingkat peradaban dan tingkat perekonomian seseorang. Sedangkan nafsu-nafsu merupakan kehendak yang terdorong oleh kebutuhan biologis, misalnya nafsu makan, birahi (seksual), amarah, dan yang lainnya.
2.      Naluri (Instinct)
Naluri merupakan suatu dorongan yang bersifat kodrati yang melekat dengan hakikat makhluk hidup. Misalnya seorang ibu mempunyai naluri yang kuat untuk mempunyai anak, mengasuh, dan membesarkan hingga dewasa. Naluri ini dapat dilakukan pada setiap makhluk hidup tanpa harus belajar lebih dahulu seolah-olah telah menyatu dengan hakikat makhluk hidup.
3.      Getaran Hati (Emosi)
Emosi atau getaran hati merupakan sesuatu yang abstrak yang menjadi sumber perasaan manusia. Emosi dapat menjadi pengukur segala sesuatu yang ada pada jiwa manusia, seperti senang, sedih, indah, serasi, dan yang lainnya.
4.      Perangai
Perangai merupakan perwujudan dari perpaduan antara hati dan pikiran manusia yang tampak dari raut muka maupun gerak-gerik seseorang. Perangai ini merupakan salah satu unsur dari kepribadian yang mulai riil, dapat dilihat, dan diidentifikasi oleh orang lain.
5.      Inteligensi (Intelligence Quetient-IQ)
Inteligensi adalah tingkat kemampuan berpikir yang dimiliki oleh seseorang. Sesuatu yang termasuk dalam intelegensi adalah IQ, memori-memori pengetahuan, serta pengalaman-pengalaman yang telah diperoleh seseorang selama melakukan sosialisasi.
6.      Bakat (Talent)
Bakat pada hakikatnya merupakan sesuatu yang abstrak yang diperoleh seseorang karena warisan biologis yang diturunkan oleh leluhurnya, seperti bakat seni, olahraga, berdagang, berpolitik, dan lainnya. Bakat merupakan sesuatu yang sangat mendasar dalam mengembangkan keterampilan-keterampilan yang ada pada seseorang. Setiap orang memiliki bakat yang berbeda-beda, walaupun berasal dari ayah dan ibu yang sama.
                                                 III.            Fase Ketiga
Pada proses perkembangan kepribadian seseorang, fase ini merupakan fase terakhir yang ditandai dengan semakin stabilnya perilaku-perilaku yang khas dari orang tersebut.
Pada fase ketiga terjadi perkembangan yang relatif tetap, yaitu dengan terbentuknya perilaku-perilaku yang khas sebagai perwujudan kepribadian yang bersifat abstrak. Setelah kepribadian terbentuk secara permanen, maka dapat diklasifikasikan tiga tipe kepribadian, yaitu kepribadian normatif, kepribadian otoriter, dan kepribadian perbatasan.
1.      Kepribadian Normatif ( Normative Man )
Kepribadian ini merupakan tipe kepribadian yang ideal, di mana seseorang mempunyai prinsip-prinsip yang kuat untuk menerapkan nilai-nilai sentral yang ada dalam dirinya sebagai hasil sosialisasi pada masa sebelumnya. Seseorang memiliki kepribadian normatif apabila terjadi proses sosialisasi antara perlakuan terhadap dirinya dan perlakuan terhadap orang lain sesuai dengan tata nilai yang ada di dalam masyarakat. Tipe ini ditandai dengan kemampuan menyesuaikan diri yang sangat tinggi dan dapat menampung banyak aspirasi dari orang lain.
2.      Kepribadian Otoriter ( Otoriter Man )
Tipe ini terbentuk melalui proses sosialisasi individu yang lebih mementingkan kepentingan diri sendiri daripada kepentingan orang lain. Situasi ini sering terjadi pada anak tunggal, anak yang sejak kecil mendapat dukungan dan perlindungan yang lebih dari lingkungan orang-orang di sekitarnya, serta anak yang sejak kecil memimpin kelompoknya.
3.      Kepribadian Perbatasan
Kepribadian ini merupakan tipe kepribadian yang relatif labil di mana ciri khas dari prinsip-prinsip dan perilakunya seringkali mengalami perubahan-perubahan, sehingga seolah-olah seseorang itu mempunyai lebih dari satu corak kepribadian. Seseorang dikatakan memiliki kepribadian perbatasan apabila orang ini memiliki dualisme budaya, misalnya karena proses perkawinan atau karena situasi tertentu hingga mereka harus mengabdi pada dua struktur budaya masyarakat yang berbeda.