Senin, 30 September 2013

Hak dan Kewajiban Warga Negara sebagai Anggota Masyarakat


MAKALAH
PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
Untuk memenuhi tugas akhir semester ganjil
“HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA SEBAGAI ANGGOTA MASYARAKAT”
Logounpwarna



Di susun oleh:
Ayu Febrina
1200511




UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2012
KATA PENGANTAR
            Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan hidayahNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah dari berbagai sumber buku da internet yang berkenaan dengan pokok bahasan “HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA SEBAGAI ANGGOTA MASYARAKAT” dengan baik. Salawat beserta salam penulis kirimkan kepada arwah junjungan kita alam Nabi Muhammad SAW, Rasulullah yang telah membimbing umat islam ke jalan Allah SWT.
            Makalah ini disusun sebagai salah satu kewajiban yang harus dipenuhi oleh setiap mahasiswa Universitas Negeri Padang untuk menunjang nilai dalam persyaratan menghadapi Ujian Akhir Semester dalam bidang mata kuliah Kewarganegaraan
            Dalam proses pembuatan makalah ini, penulis ingin mengucapkan terimakasih setulus-tulusnya kepada:
1.      Ibu Estika Sari sebagai dosen pengajar Mata Kuliah Umum Kewarganegaraan, yang telah membimbing dan mengarahkan penulis dalam proses pembuatan sampai penyusunan makalah hingga selesai.
2.      Kepada teman teman satu kelompok serta seluruh rekan-rekan di ruang NA101 yang telah memberikan motivasi dan dukungan kepada penulis untuk segera menyelesaikan makalah ini dengan baik dan dalam tempo yan relatif cepat
Penulisan makalah ini memang telah selesai disusun, namun penulis menyadari bahwa dengan keterbatasan yang penulis miliki, baik dari segi ilmu pengetahuan, pengalaman, serta waktu yang tersedia tidaklah sempurna seperti yang diharapkan. Untuk itu penulis sangat mengharapakan kritik dan saran dari semua piihak yang membaca makalah ini yang bersifat konstruktif.
Padang,   Desember 2012


Penulis
      Semoga makalah ini bermanfaat, khususnya bagi penulis sendiri, dan  dapat memberikan sumbangan pikiran serta siapapun yang berkenan membaca makalah ini.


DAFTAR ISI
Kata Pengantar...........................................................................................................                        1
Daftar Isi.....................................................................................................................            2
BAB I PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang................................................................................................            1
1.2  Rumusan Masalah...........................................................................................            1
1.3  Kegunaan penelitian ......................................................................................                        2
1.4  Tujuan penelitian ............................................................................................            2
1.5  Metodologi .....................................................................................................           2
BAB II PEMBAHASAN
2.1  Pengertian konsep hak, kewajiban dan warga Negara ………………………           3
2.2  Asas kewarganegaraan ………………………………………………………           4
2.3  Hak dan kewajiban berdasarkan UUD 1945 ………………………………..           6
2.4  Hak dan Kewajiban Warga Negara ………………………………………….          8
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan.......................................................................................................          9
3.2 Saran.................................................................................................................          10
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................          11


Kamis, 26 September 2013

makalah bahasa indonesia :karangan ilmiah

BAB I
PENDAHULUAN
1.1              LATAR BELAKANG
Pembahasan tentang karangan ilmiah dilakukan dengan menelaah lebih jauh tentang pengertian karangan ilmiah, ciri-ciri karangan ilmiah, jenis-jenis karangan ilmiah, sistematika karangan ilmiah serta bentuk penulisan kutipan dan kepustakaan
1.2       RUMUSAN MASALAH
1.      Pengertian karangan ilmiah
2.      Ciri-ciri karangan ilmiah
3.      Jenis-jenis karangan ilmiah
4.      Bentuk sistematika karangan ilmiah
5.      Bentuk tata cara penulisan kutipan dan kepustakaan

1.3              KEGUNAAN
1.     Bagi penulis pembahasan ini merupakan wahana latihan pengembangan ilmu pengetahuan dan ketrampilan.
2.     Dengan pembahasan  ini dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan mengenai karangan ilmiah
1.4              TUJUAN
1        Sebagai pemenuhan tugas kelompok mata kuliah bahasa Indonesia
2.      Sebagai sarana berbagi informasi dan pengetahuan dengan para pembaca sekalian.
3.      Sebagai persiapan pengetahuan sebagai calon pendidik.
1.5.1        METODOLOGI
Kegiatan penulisan karya tulis ini dilakukan dengan menggunakan metode tinjauan pustaka. Penulisan ini dilakukan dengan mengumpulkan data-data atau informasi-informasi terkait melalui buku, jurnal, dan tulisan-tulisan di website.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1  PENGERTIAN KARANGAN ILMIAH
Karangan ilmiah adalah karangan ilmu pengetahuan yang menyajikan fakta umum dan ditulis menurut metodelogi penulisan yang benar. Karangan ilmiah ditulis dengan bahasa yang konkret, gaya bahasanya formal, kata-katanya teknis dan didukung fakta yang dapat dibuktikan kebenarannya.
Karangan merupakan karya tulis yang dihasilkan dari kegiatan mengungkapkan pemikiran dan menyampaikannya melalui media tulisan kepada orang lain untuk dipahami. Sedangkan karangan ilmiah menurut Brotowidjoyo adalah karangan ilmu pengetahuan yang menyajikan fakta dan ditulis menurut metodologi penulisan yang baik dan benar.
Jadi, karangan ilmiah adalah suatu tulisan yang didalamnya membahas suatu masalah yang dilakukan berdasarkan penyedikan, pengamatan, pengumpulan data yang dapat dari suatu penelitian,baik penelitian lapangan, tes labolatorium ataupun kajian pustaka dan dalam memaparkan dan menganalisis datanya harus berdasarkan pemikiran ilmiah,yang dikatakan dengan pemikiran ilmiah disini adalah pemikiran yang logis dan empiris.
Bentuk karangan ilmiah dapat berupa makalah, usulan penelitian, skripsi, tesis, dan disertasi. Sedangkan jenis karangan ilmiah, antara lain laporan penelitian, makalah seminar atau simposium, dan artikel jurnal yang pada dasarnya semua itu merupakan produk dari kegiatan ilmuwan.
2.2  CIRI-CIRI KARANGAN ILMIAH
ü  Struktur Sajian
Struktur sajian karangan ilmiah sangat ketat, biasanya terdiri dari bagian awal (pendahuluan), bagian inti (pokok pembahasan), dan bagian penutup. Bagian awal merupakan pengantar ke bagian inti, sedangkan inti merupakan sajian gagasan pokok yang ingin disampaikan yang dapat terdiri dari beberapa bab atau subtopik.

Bagian penutup merupakan kesimpulan pokok pembahasan serta rekomendasi penulis tentang tindak lanjut gagasan tersebut.
ü  Komponen dan Substansi
Komponen karangan ilmiah bervariasi sesuai dengan jenisnya, namun semua karangan ilmiah mengandung pendahuluan, bagian inti, penutup, dan daftar pustaka. Artikel ilmiah yang dimuat dalam jurnal mempersyaratkan adanya abstrak.
ü  Sikap Penulis
Sikap penulis dalam karangan ilmiah adalah objektif, yang disampaikan dengan menggunakan gaya bahasa impersonal, dengan banyak menggunakan bentuk pasif, tanpa menggunakan kata ganti orang pertama atau kedua.
ü  Penggunaan Bahasa
Bahasa yang digunakan dalam karangan ilmiah adalah bahasa baku yang tercermin dari pilihan kata / istilah, dan kalimat-kalimat yang efektif dengan struktur yang baku.

Apa pun jenis karangan ilmiah yang ditulis oleh ilmuwan atau akademisi – sebagaimana telah diuraikan pada bagian sebelumnya – harus mempunyai ciri-ciri sebagai berikut.
  • Objektif. Keobjektifan ini menampak pada setiap fakta dan data yang diungkapkan berdasarkan kenyataan yang sebenarnya, tidak dimanipulasi. Juga, setiap pernyataan atau simpulan yang disampaikan berdasarkan bukti-bukti yang bisa dipertanggungjawabkan. Dengan demikian, siapa pun dapat mengecek kebenaran dan keabsahanya.
  • Netral. Kenetralan ini bisa terlihat pada setiap pernyataan atau penilaian bebas dari kepentingan-kepentingan tertentu baik kepentingan pribadi maupun kelompok. Oleh karena itu, pernyataan-pernyataan yang bersifat ‘mengajak’, ‘membujuk’, atau ‘mempengaruhi’ pembaca dihindarkan.
  • Sistematis. Uraian yang terdapat pada karangan ilmiah dikatakan sistematis apabila mengikuti pola pengembangan tertentu, misalnya pola urutan, klasifikasi, kausalitas, dan sebagainya. Dengan cara demkian, pembaca akan bisa mengikutinya dengan mudah alur uraiannya.
  • Logis. Kelogisan ini bisa dilihat dari pola nalar yang digunakannya, pola nalar induktif atau deduktif. Kalau bermaksud menyimpulkan suatu fakta atau data digunakan pola induktif; sebaliknya, kalau bermaksud membuktikan suatu teori atau hipotesis digunakan pola deduktif.
  • Menyajikan fakta (bukan emosi atau perasaan). Setiap pernyataan, uraian, atau simpulan dalam karangan ilmiah harus faktual, yaitu menyajikan fakta. Oleh karena itu, pernyataan atau ungkapan yang emosional (menggebu-gebu seperti orang berkampanye, perasaan sedih seperti orang berkabung, perasaan senang seperti orang mendapatkan hadiah, dan perasaan marah seperti orang bertengkar) hendaknya dihindarkan. 
  Secara ringkas ciri ciri karangan ilmiah adalah:
Menyajikan fakta objektif secara sistematis atau menyajikan aplikasi hukum alam pada situasi spesifik.
Penulisannya cermat, tepat, dan benar serta tulus. Tidak memuat  terkaan. Pernyataan-pernyataan tulus tanpa mengingat efeknya.
Tidak mengejar keuntungan pribadi, yaitu tidak berambisi agar pembaca berpihak kepadanya. Motivasi penulis hanya untuk memberitahukan tentang sesuatu. Penulis yang ilmiah tidak ambisius dan tidak berprasangka.
Karangan ilmiah itu sistematis, tiap langkah direncanakan secara sistematis terkendali, secara konseptual dan prosedural.
Karangan ilmiah itu tidak emotif, tidak menonjolkan perasaan. Karangan ilmiah menyajikan sebab-akibat dan pengertian/pemahaman. Kata-katanya mudah dikenali. Alasan-alasan yang dikemukakan indusif, mendorong untuk menarik kesimpulan tidak terlalu tinggi dan bukan ajakan.
Tidak memuat pandangan-pandangan tanpa pendukung kecuali dalam hipotesis kerja.
Ditulis secara tulus, dan memuat hanya kebenaran. Tidak memancing pertanyaan-pertanyaan yang bernada keraguan.
Karangan ilmiah tidak argumentatif. Karya tulis  yang ilmiah itu mungkin mencapai kesimpulan, tetapi penulisnya membiarkan fakta berbicara sendiri.
Karangan ilmiah itu tidak persuasif yang dikemukakan fakta dan aplikasi hukum alam kepada problem-problem spesifik. Tujuan karangan yang ilmiah itu untuk mendorong pembaca merubah pendapat tetapi tidak melalui ajakan, argumentasi, sanggahan dan protes, tetapi membiarkan fakta-fakta berbicara sendiri.
Karangan ilmiah itu tidak melebih-lebihkan sesuatu. Dalam karangan ilmiah hanya disajikan kebenaran fakta. Karena itu, memutar balikan fakta akan menghancurkan tujuan penulisan karangan ilmiah. Melebih-lebihkan sesuatu itu umumnya disebabkan oleh motif mementingkan diri sendiri.

2.3  JENIS-JENIS KARANGAN ILMIAH
ü  Skripsi adalah karya tulis (ilmiah) mahasiswa untuk melengkapi syarat mendapatkan gelar sarjana (S1). Bobotnya 6 satuan kredit semster (SKS) dan dalam pengerjakannya dibantu dosen pembimbing. Dosen pembimbing berperan ‘mengawal’ dari awal sampai akhir hingga mahasiswa mampu mengerjakan dan mempertahankannya pada ujian skripsi.
Skripsi ditulis berdasarkan pendapat (teori) orang lain. Pendapat tersebut didukung data dan fakta empiris-objektif, baik berdasarkan penelitian langsung; observasi lapanagn atau penelitian di laboratorium, atau studi kepustakaan. Skripsi menuntut kecermatan metodologis hingga menggaransi ke arah sumbangan material berupa penemuan baru.

ü  Tesis
Tesis adalah jenis karangan ilmiah yang bobot ilmiahnya lebih dalam dan tajam dibandingkan skripsi. Ditulis untuk menyelesaikan pendidikan pascasarjana.
Mahasiswa melakukan penelitian mandiri, menguji satu atau lebih hipotesis dalam mengungkapkan ‘pengetahuan baru’.
Dalam penulisannya dituntut kemampuan dalam menggunakan istilah tehnis; dari istilah sampai tabel, dari abstrak sampai bibliografi. Artinya, kemampuan mandiri —sekalipun dipandu dosen pembimbing— menjadi hal sangat mendasar. Sekalipun pada dasarnya sama dengan skripsi, tesis lebih dalam, tajam, dan dilakukan mandiri.
Tesis atau Master Thesis ditulis bersandar pada metodologi; metodologi penelitian dan metodologi penulisan. Standarnya digantungkan pada institusi, terutama pembimbing. Dengan bantuan pembimbing, mahasiswa merencanakan (masalah), melaksanakan; menggunakan instrumen, mengumpulkan dan menjajikan data, menganalisis, sampai mengambil kesimpulan dan rekomendasi.
ü  Disertasi
Pencapaian gelar akademik tertinggi adalah predikat Doktor. Gelar Doktor (Ph.D) dimungkinkan manakala mahasiswa (S3) telah mempertahankan disertasi dihadapan Dewan Penguji Disertasi yang terdiri dari profesor atau Doktor dibidang masing-masing. Disertasi ditulis berdasarkan penemuan (keilmuan) orisinil dimana penulis mengemukan dalil yang dibuktikan berdasarkan data dan fakta valid dengan analisis terinci.
Disertasi atau Ph.D Thesis ditulis berdasarkan metodolologi penelitian yang mengandung filosofi keilmuan yang tinggi. Mahasiswa (S3) harus mampu (tanpa bimbingan) menentukan masalah, berkemampuan berpikikir abstrak serta menyelesaikan masalah praktis. Disertasi memuat penemuan-penemuan baru, pandangan baru yang filosofis, tehnik atau metode baru tentang sesuatu sebagai cerminan pengembangan ilmu yang dikaji dalam taraf yang tinggi
Adapun beberapa tambahan nya yaitu
ü  Artikel Ilmiah Popular
Berbeda dengan artikel ilmiah, artikel ilmiah popular tidak terikat secara ketat dengan aturan penulisan ilmiah. Sebab, ditulis lebih bersifat umum, untuk konsumsi publik. Dinamakan ilmiah populer karena ditulis bukan untuk keperluan akademik tetapi dalam menjangkau pembaca khalayak. Karena itu aturan-aturan penulisan ilmiah tidak begitu ketat. Artikel ilmiah popular biasanya dimuat di surat kabar atau majalah. Artikel dibuat berdasarkan berpikir deduktif atau induktif, atau gabungan keduanya yang bisa ‘dibungkus’ dengan opini penulis.
ü  Artikel Ilmiah
Artikel ilmiah, bisa ditulis secara khusus, bisa pula ditulis berdasarkan hasil penelitian semisal skripsi, tesis, disertasi, atau penelitian lainnya dalam bentuk lebih praktis. Artikel ilmiah dimuat pada jurnal-jurnal ilmiah. Kekhasan artikel ilmiah adalah pada penyajiannya yang tidak panjang lebar tetapi tidak megurangi nilai keilmiahannya.
Artikel ilmiah bukan sembarangan artikel, dan karena itu, jurnal-jurnal ilmiah mensyaratkan aturan sangat ketat sebelum sebuah artikel dapat dimuat. Pada setiap komponen artikel ilmiah ada pehitungan bobot. Karena itu, jurnal ilmiah dikelola oleh ilmuwan terkemuka yang ahli dibidangnya. Jurnal-jurnal ilmiah terakredetasi sangat menjaga pemuatan artikel. Akredetasi jurnal mulai dari D, C, B, dan A, dan atau bertaraf internasional. Bagi ilmuwan, apabila artikel ilmiahnya ditebitkan pada jurnal internasional, pertanda keilmuawannya ‘diakui’.
ü   Kertas Kerja
Kertas kerja pada prinsipnya sama dengan makalah. Kertas kerja dibuat dengan analisis lebih dalam dan tajam. Kertas kerja ditulis untuk dipresentasikan pada seminar atau lokakarya, yang biasanya dihadiri oleh ilmuwan. Pada ‘perhelatan ilmiah’ tersebut kertas kerja dijadikan acuan untuk tujuan tertentu. Bisa jadi, kertas kerja ‘dimentahkan’ karena lemah, baik dari susut analisis rasional, empiris, ketepatan masalah, analisis, kesimpulan, atau kemanfaatannya.
ü  Makalah
Lazimnya, makalah dibuat melalui kedua cara berpikir tersebut. Tetapi, tidak menjadi soal manakala disajikan berbasis berpikir deduktif (saja) atau induktif (saja). Yang penting, tidak berdasar opini belaka. Makalah, dalam tradisi akademik, adalah karya ilmuwan atau mahasiswa yang sifatnya paling ‘soft’ dari jenis karangan ilmiah lainnya. Sekalipun, bobot akademik atau bahasan keilmuannya, adakalanya lebih tinggi. Misalnya, makalah yang dibuat oleh ilmuwan dibanding skripsi mahasiswa.
2.4  SISTEMATIKA KARANGAN ILMIAH
a.       Bagian awal
1.      Halaman Judul
Ditulis sesuai dengan cover depan sesuai aturan yang ada.
2.      Lembar Pernyataan
Yakni merupakan halaman yang berisi pernyataan bahwa penulisan karya tulis ini merupakan hasil karya sendiri bukan hasil plagiat atau penjiplakan terhadap hasil karya orang lain.
3.      Lembar Pengesahan
Pada Lembar Pengesahan ini berisi Daftar Komisi Pembimbing atau guru pembina, Pada Bagian bawah sendiri juga disertai tanda tangan Pembimbing.
4.      Abstraksi
Yakni berisi ringkasan tentang hasil dan pembahasan secara garis besar dari Penulisan karya tulis dengan maksimal 1 halaman.
5.      Kata Pengantar
Berisi ucaan terima kasih kepada pihak-pihak yang ikut berperan serta dalam pelaksanaanpenelitian dan penulisan karya tulis (a.l. Kepala Sekolah, Guru, rekan dll).
6.      Halaman Daftar Isi
Berisi semua informasi secara garis besar dan disusun berdasarkan urut nomor halaman.
7.      Halaman Daftar Tabel
8.      Halaman Daftar Gambar, Daftar Grafik, Daftar Diagram


b.      Bagian naskah (teks)
ð  Pendahuluan
Pada Bab Pendahuluan ini terdiri dari beberapa sub pokok bab yang meliputi antara lain :
a)      Latar Belakang Masalah
Menguraikan tentang alasan dan motivasi dari penulis terhadap topik permasalahan yang bersangkutan.
b)      Rumusan Masalah
Berisi masalah apa yang terjadi dan sekaligus merumuskan masalah dalam penelitian yang bersangkutan.
c)      Batasan Masalah
Memberikan batasan yang jelas pada bagian mana dari persoalan atau masalah yang dikaji dan bagian mana yang tidak.
d)     Tujuan Penelitian
Menggambarkan hasil-hasil apa yang bisa dicapai dan diharapkan dari penelitian ini dengan memberikan jawaban terhadap masalah yang diteliti.
e)      Metode Penelitian
Menjelaskan cara pelaksanaan kegiatan penelitian, mencakup cara pengumpulan data, alat yang digunakan dan cara analisa data.
Jenis-Jenis Metode Penelitian :
                                                                               I.            Studi Pustaka : Semua bahan diperoleh dari buku-buku dan/atau jurnal.
                                                                            II.            Studi Lapangan : Data diambil langsung di lokasi penelitian.
                                                                         III.            Gabungan : Menggunakan gabungan kedua metode di atas.
f)       Sistematika Penulisan
Memberikan gambaran umum dari bab ke bab isi dari Penulisan Karangan ilmiah
ð  Isi(pembahasan)
1)      Landasan Teori
Menguraikan teori-teori yang menunjang penulisan / penelitian, yang bisa diperkuat dengan menunjukkan hasil penelitian sebelumnya.
2)      Metode Penelitian
Menjelaskan cara pengambilan dan pengolahan data dengan menggunakan alat-alat analisis yang ada.
3)      Analisis Data dan Pembahasan
Membahas tentang keterkaitan antar faktor-faktor dari data yang diperoleh dari masalah yang diajukan kemudian menyelesaikan masalah tersebut dengan metode yang diajukan dan menganalisa proses dan hasil penyelesaian masalah.
4)      Kesimpulan (dan Saran)
Bab ini bisa terdiri dari Kesimpulan saja atau ditambahkan Saran.
·         Kesimpulan
Berisi jawaban dari masalah yang diajukan penulis, yang diperoleh dari penelitian.
·         Saran
Ditujukan kepada pihak-pihak terkait, sehubungan dengan hasil penelitian
ð  Penutup
Bab ini bisa terdiri dari Kesimpulan saja atau ditambahkan Saran.
ü  Kesimpulan
Berisi jawaban dari masalah yang diajukan penulis, yang diperoleh dari penelitian.
ü  Saran
Ditujukan kepada pihak-pihak terkait, sehubungan dengan hasil penelitian.


c.       Pelengkap
Lampiran
Penjelasan tambahan, dapat berupa uraian, gambar, perhitungan-perhitungan, grafik atau tabel, yang merupakan penjelasan rinci dari apa yang disajikan di bagian-bagian terkait sebelumnya.
Abstrak
Merupakan sari tulisan, meliputi latar belakang penelitian secara ringkas, tujuan, metode, hasil, dan simpulan penelitian. Perincian perlakuan tidak perlu dicantumkan, kecuali jika dianggap penting. Panjang abstrak maksimum 150-200 kata dan dilengkapi dengan kata kunci.
Kepustakaan
Tata cara penulisan daftar pustaka dapat berbeda-beda, tetapi biasanya mengikuti kaidah yang berlaku di bidang ilmunya masing-masing.



2.5  PENULISAN KUTIPAN DAN KEPUSTAKAAN
Sebuah dokumen resmi atau karangan ilmiah biasanya mencantumkan kutipan untuk mendukung ide dan argumentasi yang disusun oleh penulisnya. Pencantuman kutipan diikuti juga dengan sebuah Daftar Pustaka (Reference) dan atau Bibliografi pada bagian akhir dokumen. Daftar Pustaka adalah sebuah daftar yang mencantumkan semua dokumen yang dikutip di dalam karangan ilmiah. Sedangkan Bibliografi adalah daftar yang mencantumkan dokumen-dokumen pendukung lainnya. Bibliografi mungkin lebih panjang daripada Daftar Pustaka, karena entri-entri di dalam Bibliografi tidak harus dikutip di dalam tubuh tulisan karangan ilmiah.
Pencantuman Kutipan dan Daftar Pustaka dilakukan antara lain dengan tujuan memberikan apresiasi kepada penulis asli. Pemberian apresiasi ini menunjukkan bahwa gagasan ide tersebut dilakukan oleh penulis asli sehingga penulis dokumen terhindar dari plagiasi karangan ilmiah. Mencantumkan Kutipan dan Daftar Pustaka juga bertujuan menyampaikan ide-ide yang terkait dan saling mendukung untuk membangun sebuah pemikiran baru. Dalam kaitan dengan penyampaian ide ini, proses penerjemahan memiliki peran.
Dokumen yang diacu dan dituliskan kutipannya dalam tubuh karangan ilmiah dan dicantumkan sebagai rujukan dalam Daftar Pustaka mungkin ditulis dalam bahasa asing. Untuk menghindari kesalahpahaman yang muncul di benak pembaca, proses penerjemahan mungkin perlu dilakukan. Mencantumkan kutipan di dalam karangan ilmiah dapat dilakukan dengan berbagai cara, tergantung kepada posisi di mana kutipan itu dituliskan di dalam dokumen.
  1. Parafrasa
    Parafrasa adalah menuliskan ide asli yang ditulis oleh orang lain dalam dokumen sumber menggunakan susunan kata dan kalimat penulis dokumen. Penulisan kutipan melalui parafrasa tentunya dilakukan dengan menggunakan bahasa yang digunakan dalam karangan ilmiah, karena itu dilakukan penerjemahan.
  2. Kutipan
    Sebuah kutipan biasanya ditulis menggunakan indentasi dengan menggunakan ukuran font yang lebih kecil. Kutipan bisa dituliskan dalam bahasa asli. Hal ini dilakukan misalnya dengan alasan jika dilakukan penerjemahan, ide asli dari penulis yang karyanya dikutip akan mengalami distorsi. Jika hal ini dilakukan, maka tentunya penulis karangan ilmiah akan memberikan paparan lebih rinci tentang ide yang dikutip, dalam bentuk kalimat-kalimatnya sendiri dalam bentuk parafrasa. Dengan demikian sebuah kutipan lazimnya diterjemahkan.
Dengan alasan menghindari distorsi ide, penulisan kutipan yang diterjemahkan sebaiknya juga disertai dengan keterangan pada bagian akhir kutipan, dari bahasa apa kutipan tersebut diterjemahkan. Keterangan penerjemahan dituliskan di antara tanda kurung misalnya “(Terjemahan dari bahasa [apa].)”
  1. Daftar Pustaka
Untuk memudahkan pembaca menelusuri karya asli dari penulis yang dikutip di dalam karangan ilmiah, entri Daftar Pustaka dituliskan dalam bahasa aslinya. Jika entri Daftar Pustaka diterjemahkan, dikhawatirkan akan menyulitkan pembaca menelusuri karya asli yang dimaksud.
  1. Daftar Pustaka berupa hasil terjemahan
Sebuah entri Daftar Pustaka dapat berupa sebuah karya hasil terjemahan dari dokumen lain. Ketika merujuk kepada hasil karya yang sudah diterjemahkan, bisa ditambahkan keterangan “Diterjemahkan dari bahasa [apa] oleh [siapa]. Kota: Penerbit.” Dalam penulisan dengan format ini, nama kota yang dicantumkan di bagian akhir adalah nama kota tempat penerbitan versi terjemahan.
Secara garis besar, pencantuman Kutipan dan Daftar Pustaka pada sebuah karangan ilmiah bertujuan antara lain untuk menyampaikan ide-ide dari berbagai sumber dan mengkomunikasikan ide yang disusun oleh penulis karangan ilmiah. Berdasarkan hal ini, proses penerjemahan kutipan dan daftar pustaka dapat dilakukan selama pesan yang dikomunikasikan dalam karangan ilmiah dapat diterima dengan baik oleh pembaca.
Format penulisan rujukan di dalam karangan ilmiah dan penulisan daftar pustaka tentu saja mengacu pada gaya kutipan yang digunakan, misalnya mengacu pada sistem APA, MLA, Chicago Style, dan sebagainya.
Pengertian Kutipan Dan Kepustakaan
kepustakaan adalah segala usaha yang dilakukan oleh peneliti untuk menghimpun informasi yang relevan dengan topik atau masalah yang akan atau sedang diteliti. Informasi itu dapat diperoleh dari buku-buku ilmiah, laporan penelitian, karangan-karangan ilmiah, tesis dan disertasi, peraturan-peraturan, ketetapan-ketetapan, buku tahunan, ensiklopedia, dan sumber-sumber tertulis baik tercetakmaupunelektroniklain.
Studi kepustakaan merupakan suatu kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dari suatu penelitian. Teori-teori yang mendasari masalah dan bidang yang akan diteliti dapat ditemukan dengan melakukan studi kepustakaan. Selain itu seorang peneliti dapat memperoleh informasi tentang penelitian-penelitian sejenis atau yang ada kaitannya dengan penelitiannya. Dan penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Dengan melakukan studi kepustakaan, peneliti dapat memanfaatkan semua informasi dan pemikiran-pemikiran yang relevan dengan penelitiannya.
Untuk melakukan studi kepustakaan, perpustakaan merupakan suatu tempat yang tepat guna memperoleh bahan-bahan dan informasi yang relevan untuk dikumpulkan, dibaca dan dikaji, dicatat dan dimanfaatkan (Roth 1986). Seorang peneliti hendaknya mengenal atau tidak merasa asing dilingkungan perpustakaan sebab dengan mengenal situasi perpustakaan, peneliti akan dengan mudah menemukan apa yang diperlukan. Untuk mendapatkan informasi yang diperlukan peneliti mengetahui sumber-sumber informasi tersebut, misalnya kartu katalog, referensi umum dan khusus, buku-buku pedoman, buku petunjuk, laporan-laporan penelitian, tesis, disertasi, jurnal, ensiklopedi, dan surat kabar. Dengan demikian peneliti akan memperoleh informasi dan sumber yang tepat dalam waktu yang singkat.
Masalah penulisan dapat ditemukan dari beberapa sumber, yaitu dari pengalaman sendiri, dari teori-teori yang perlu diuji kebenarannya dan dari bahan¬bahan pustaka. Setelah masalah penelitian ditemukan, seorang peneliti perlu melakukan suatu kegiatan yang menyangkut pengkajian bahan-bahan tertulis yang merupakan sumber acuan untuk penelitiannya. Kegiatan ini, yang juga disebut studi kepustakaan, merupakan suatu kegiatan penting yang harus dilakukan oleh seorang peneliti baik sebelum maupun selama penelitian berlangsung. Dalam tulisan ini akan dibahas apa yang dimaksud dengan studi kepustakaan, tujuan, sumber-sumber, hambatan, dan bagaimana melakukan studi kepustakaan.
Setelah menemukan masalah yang akan diteliti seorang peneliti akan melakukan kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan penelitiannya. Salah satu diantaranya adalah melakukan studi kepustakaan, yang mungkin sudah dirintisnya ketika masih ada dalam tahap mencari masalah penelitian. Penggunaan pustaka untuk ditinjau secara singkat pada dasarnya bermanfaat menunjukkan aspek ilmiah dalam penelitian yang akan disusun. Pustaka yang digunakan idealnya adalah pustaka inti yang berkaitan dengan topik penelitian. Pustaka juga menjadi rujukan konsep yang akan diteliti.
Hampir semua penelitian memerlukan studi pustaka. Walaupun orang sering membedakan antara riset kepustakaan dan riset lapangan, keduanya tetap memerlukan penelusuran pustaka. Perbedaan utamanya hanyalah terletak pada fungsi, tujuan  dan atau kedudukan studi pustaka dalam masing-masing riset tersebut. Dalam riset pustaka, penelusuran pustaka lebih daripada sekedar melayani fungsi- fungsi  persiapan kerangka penelitian, mempertajam metodelogi  atau memperdalam kajian teoretis. Riset pustaka dapat sekaligus memanfaatkan sumber perpustakaan untuk memperoleh data penelitiannya tanpa melakukan riset lapangan.
Idealnya sebuah riset profesional menggunakan kombinasi riset pustaka dan lapangan dengan penekanan pada salah satu  di antaranya. Namun ada kalanya mereka membatasi penelitian pada studi pustaka saja. Paling tidak ada tiga alasan kenapa mereka melakukan hal ini. Pertama: karena persoalan penelitian tersebut hanya bisa dijawab lewat penelitian pustaka dan mungkin tidak bisa mengharapkan datanya dari riset lapangan. Kedua: studi pustaka diperlukan sebagai satu tahap tersendiri yaitu studi pendahuluan untuk memahami gejala baru yang terjadi dalam masyarakat. Ketiga: data  pustaka tetap andal untuk menjawab persoalan penelitiannya.
Setidaknya ada empat ciri utama studi kepustakaan. Pertama: peneliti berhadapan langsung dengan teks dan data angka dan bukannya dengan pengetahuan langsung dari lapangan atau saksi mata berupa kejadian , orang atau benda-benda lain. Kedua, data pustaka bersifat siap pakai. Ketiga: data pustaka umumnya adalah sumber sekunder yang bukan data orisinil dari tangan pertama di lapangan. Keempat: kondisi data pustaka tidak dibatasi oleh ruang dan waktu.
Banyak yang menganggap bahwa riset perpustakaan identik dengan buku-buku. Anggapan ini tidak salah namun selain buku-buku ada juga data yang berupa dokumen, naskah kuno dan bahan non cetak lainnya. Jadi, perpustakaan juga menyimpan karya non cetak seperti kaset,video, microfilm, mikrofis, disket, pita magnetik, kelongsong elektronik dan lainnya.
Langkah Langkah Melakukan Riset Kepustakaan
Dalam melakukan riset kepustakaan, ada empat langkah yang biasa dilakukan.
  1. Langkah pertama adalah menyiapkan alat perlengkapan berupa pensil, pulpen dan kertas catatan.
  2. Langkah kedua adalah menyusun bibliografi kerja.
  3. Langkah ketiga yang perlu dilakukan adalah mengatur waktu penelitian.
  4. Langkah keempat itu yang perlu dilakukan adalah membaca dan membuat catatan penelitian.
Yang perlu diingat, sebuah catatan bibliografis harus memuat nama pengarang dan identitas buku lainnya.
A.    DAFTAR PUSTAKA
2.6  Pengertian Daftar Pustaka
            Menurut Gorys Keraf (1997 :213) yang dimaksud dengan bibliografi atau daftar pustaka adalah sebuah daftar yang berisi judul buku-buku, artikel-artikel, dan bahan-bahan penerbitan lainnya yang mempunyai pertalian dengan sebuah karangan atau sebagian dan karangan yang tengah digarap. Bagi orang awam, daftar pustaka mungkin tidak penting artinya, tetapi bagi seorang sarjana seorang calon sarjana atau seorang cendekiawan, daftar pustaka itu merupakan suatu hal yang sangat penting.
            Melalui daftar pustaka, para sarjana atau cendekiawan dapat melihat kembali kepada sumber aslinya. Mereka dapat menetapkan apakah sumber itu sesungguhnya mempunyai pertalian dengan isi pembahasan itu, dan apakah bahan itu dikutip dengan benar atau tidak. Dan sekaligus dengan cara itu pembaca dapat memperluas pula horison pengetahuannya dengan bermacam-macam referensi itu.
2.7  Fungsi Daftar Pustaka
            Fungsi sebuah daftar pustaka hendaknya secara tegas dibedakan dari fungsi sebuah catatan kaki. Referensi pada catatan kaki dipergunakan untuk menunjuk kepada sumber dan pernyataan atau ucapan yang dipergunakan dalam teks. Sebab itu referensi itu harus menunjuk dengan tepat tempat, di mana pembaca dapat menemukan pernyataan atau ucapan itu. Dalam hal ini selain pengarang, judul buku dan sebagainya harus dicantumkan pula nomor halaman di mana pernyataan atau ucapan itu bisa dibaca. Sebaliknya sebuah daftar pustaka memberikan deskripsi yang penting tentang buku, majalah harian itu secara keseluruhan. Karena itu fungsi catatan kaki dan daftar pustaka seluruhnya tumpang-tindih satu sama lain.
            Di pihak lain daftar pustaka dapat pula dilihat dari segi lain, yaitu berfungsi sebagai pelengkap dan sebuah catatan kaki. Mengapa daftar pustaka itu dapat pula dilihat sebagai pelengkap? Karena bila seorang pembaca ingin mengetahui lebih lanjut tentang referensi yang terdapat pada catatan kaki, maka ia dapat mencarinya dalam daftar pustaka. Dalam daftar pustaka dapat mengetahui keterangan-keterangan yang lengkap mengenai buku atau majalah itu.
2.8  Unsur-unsur Daftar Pustaka
            Untuk persiapan yang baik agar tidak ada kesulitan dalam penyusunan daftar pustaka itu, tiap penulis harus mengetahui pokok-pokok mana yang harus dicatat. Pokok yang paling penting yang harus dimasukkan dalam sebuah daftar pustaka adalah:
a)      Nama pengarang, yang dikutip secara lengkap.
b)      Judul Buku, termasuk judul tambahannya.
c)      Data publikasi: penerbit, tempat terbit, tahun terbit, cetakan keberapa, nomor jilid, dan tebal (jumlah halaman) buku tersebut.
d)     Untuk sebuah artikel diperlukan pula judul artikel yang bersangkutan, nama majalah, jilid, nomor dan tahun.
            Ada penulis yang memberikan suatu daftar pustaka yang panjang bagi karya yang ditulisnya. Namun untuk penulisan karya-karya pada taraf permulaan cukup kalau diusahakan suatu daftar pustaka dari buku-buku yang dianggap penting, dan sungguh-sungguh diambil sebagai pertimbangan atau dijadikan dasar orientasi dalam penyusunan bahan-bahan karya tulis itu. Bila daftar pustakanya cukup panjang, biasanya dibuat daftar berdasarkan klasifikasinya.
            Ada yang membedakan daftar pustaka yang hanya memuat buku, artikel majalah, artikel ensiklopedi, harian, dsb. Ada pula yang membuat daftar berdasarkan kaitannya dengan tema yang digarap: buku-buku atau referensi dasar, daftar pustaka khusus dan daftar pustaka pelengkap.
            Persoalan lain yang perlu ditetapkan juga dalam hubungan dengan daftar pustaka adalah di mana harus ditempatkan daftar pustaka itu? Bila karangan tidak terlalu panjang, misalnya skripsi, maka cukup dibuat sebuah daftar pustaka pada akhir karangan itu. Tetapi kalau bukunya sangat tebal , serta tiap bab cukup banyak bahan-bahan referensinya, maka dapat diusahakan sebuah daftar pustaka untuk tiap bab. Dalam hal terakhir ini ada kemungkinan bahwa sebuah karya dapat disebut berulang kali dalam bab-bab berikutnya.
2.9  Bentuk Daftar Pustaka
Cara penyusunan daftar pustaka tidak seragam bagi semua bahan referensi, tergantung dari sifat bahan referensi itu. Cara menyusun daftar pustaka untuk buku agak berlainan dari majalah, dan majalah agak berlainan dari harian, serta semuanya berbeda pula dengan cara menyusun daftar pustaka yang terdiri dan manuskrip-manuskrip yang belum diterbitkan, seperti tesis dan disertasi. Walaupun terdapat perbedaan antara jenis-jenis daftar pustaka, namun ada tiga hal yang penting yang selalu harus dicantumkan yaitu: pengarang, judul, dan data-data publikasi.
Daftar pustaka disusun menurut urutan alfabetis dan nama pengarangnya. Untuk maksud tersebut nama-nama pengarang harus dibalikkan susunannya: nama keluarga, nama kecil, lalu gelar-gelar kalau ada. Jarak antara baris dengan baris adalab spasi rapat. Jarak antara pokok dengan pokok adalah spasi ganda. Tiap pokok disusun sejajar secara vertikal. dimulai dan pinggir margin kiri. Sedangkan baris kedua, Ketiga, dan seterusnya dan tiap pokok dimasukkan ke dalam tiga ketikan (bagi karya yang mempergunakan lima ketikan ke dalam untuk alinea baru) atau empat ketikan (bagi karya yang mempergunakan 7 ketikan ke dalam untuk alinea haru). Bila ada dua karya atau lebih ditulis oleh pengarang yang sama, maka pengulangan namanya dapat ditiadakan dengan menggantikannya dengan sebuah garis panjang. Sepanjang lima atau tujuh ketikan, yang disusul dengan sebuah titik. Ada juga yang menghendaki panjangnya garis sesuai nama pengarang. Namun hal terakhir ini akan mengganggu dari segi estetis, karena nantinya ada garis yang pendek ada pula garis yang panjang sekali. Terutama kalau nama pengarang itu panjang atau karena ada dua tiga nama pengarang.

Karena cara-cara untuk tiap jenis kepustakaan agak berlainan, maka perhatikanlah ketentuan-ketentuan bagaimana menyusun urutan pengarang, judul dan data publikasi dan tiap jenis daftar pustaka tersebut.
a.       Dengan seorang pengarang
Hockett. Charles F. A Course in Modern Linguistics. New York: The Mac Millan Company. 1963.
1)      Nama keluarga (Hockett), lebih dahulu, baru nama kecil atau inisial (Charles F.), kemudian gelar-gelar. Hal ini untuk memudahkan penyusunan secara alfabetis.
2)      Jika buku itu disusun oleh sebuah komisi atau lembaga, maka nama komisi atau lembaga itu dipakai menggantikan nama pengarang.
3)      Jika tidak ada nama pengarang, maka urutannya harus dimulai dengan judul buku. Bagi judul buku dalam bahasa Indonesia, cukup kita memperhatikan huruf pertama dari buku tersebut, nama keluarga. Untuk buku yang ditulis dalam bahasa lnggris, Jerman atau Perancis dan bahasa-bahasa Barat yang lain, maka kata sandang yang dipakai tidak turut diperhitungkan: A, An, He, Das, Die, Le, La, dsb.
Jadi kata berikutnyalah yang harus diperhitungkan untuk penyusunan daftar pustaka tersebut. Hal ini berlaku pula untuk artikel yang tidak ada nama pengarangnya.
4)      Judul buku harus digaris-bawahi (kalau dicetak ditempatkan dalam huruf miring.
5)      Urutan data publikasi adalah: tempat publikasi penerbit dan penanggalan. Jika ada banyak tempat publikasi maka cukup mencantumkan tempat yang pertama. Jika tidak ada penanggalan, maka pergunakan saja tahun copyright terakhir yang biasanya ditempatkan di balik halaman judul buku.
6)      Pencantuman banyaknya halaman tidak merupakan hal yang wajib, sebab itu dapat pula ditiadakan.
7)      Perhatikan penggunaan tanda titik sesudah tiap keterangan: sesudah nama pengarang, sesudah judul buku, sesudah data publikasi dan kalau ada sesudah jumlah halaman.
8)      Perhatikan pula penggunaan titik dua sesudah tempat terbit, serta tanda koma sesudah nama penerbit.
b.      Buku dengun dua atau tiga pengarang
Oliver. Robert T.. and Rupert L. Cortright. New Training for Effective Speech. New York: Henry Holt and Company, Inc.,1958
1)      Nama pengarang kedua dan ketiga tidak dibalikkan; dalam hal-hal lain ketentuannya sama seperti nomor a.
2)      Urutan nama pengarang harus sesuai dengan apa yang tercantum pada halaman judul buku, tidak boleh diadakan perubahan urutannya.
c.       Buku dengan banyak pengarang
Morris, Alton C. et. al. College English, the First Year. New York : Harcourt, Brace & World. Inc., 1964
Untuk menggantikan nama-nama pengarang lainnya cukup dipergunakan singkatan et al. singkatan dan kata Latin et alii yang berarti dan lain-lain. Dalam hal ini dapat dipergunakan singkatan et. al. atau dkk (dan kawan-kawan).
d.      Kalau edisi berikutnya mengalami perubahan
Gleason, H. A. An Introduction to Descriptive Linguistics. Rev. ed.New York: Holt. Rinehart and Winston. 1961
1)      Jika buku itu mengalami perubahan dalam edisi-edisi benikutnya, maka biasanya ditambahkan keterangan rev. ed. (revised edition = edisi yang diperbaiki) di belakang judul tersebut. Di samping itu ada juga yang tidak menyebut edisi yang diperbaiki. Asalkan jelas menyebut cetakan keberapa: cetakan ke-2. cetakan ke7. dsb. Keterangan mengenai cetakan ini juga dipisahkan oleh sebuah titik. – (2) Penanggalan yang harus dicantumkan adalah tahun cetakan dari buku yang dipakai.
e.       Buku yang terdiri dan dua jilid atau lebih
Intensive Course in English. 5 vols. Washington: English Language Service. inc.. 1964.
1.Angka jilidnya ditempatkan sesudah judul, serta dipisahkan oleh sebuah tanda titik, dan selalu disingkat.
2.Untuk penerbitan Indonesia bisa dipergunakan singkatan Jil. atau Jld.
f.       Sebuah edisi dan karya seorang pengarang atau lebih
Ali.Lukman. ed. Bahasa dan Kesusastraan Indonesia sebagai Tjemin Manusia Indonesia Baru. Djakarta: Gunung Agung. 1967
1.      Jika editornya lebih dan seorang, maka caranya sama seperti pada nomor b dan c.
2.      Ada juga kebiasaan lain yang menempatkan singkatan editor dalam tanda kurung (ed).
g.      Sebuah Kumpulan Bunga Rampai atau Antologi
Jassin, H. B. ed. Gema Tanah Air, Prosa dan Puisi. 2 JId. Jakarta: Balai Pustaka 1969.
h.      Sebuah Buku Terjemahan
Multatuli. Max Have/aar, atau Ladang Kopi Persekutuan Dagang Belanda, terj. H.B. Jassin, Jakarta: Djambatan, 1972.
1.      Nama pengarang asli yang diurutkan dalam urutan alfabetis.
2.      Keterangan tentang penterjemah ditempatkan sesudah judul buku, dipisahkan dengan sebuah tanda koma.
i.        Artikel dalam sebuah Himpunan
Riesman, David. “Character and Society,” Toward Liberal Education. eds. Louis
G. Locke, William M. Gibson. and George Arms. New York: Holt. Rinehart and Winston. 1962.
1.      Perhatikan: baik judul artikel maupun judul buku harus dimàsukkan; begitu pula penulis dan editorya harus dicantumkan juga.
2.      Judul artikel selalu ditulis dalam tanda kutip, sedangkan judul buku digaris-bawahi atau dicetak miring.
3.      Perhatikan pula tanda koma yang ditempatkan antara judul artikel dan judul buku, harus ditempatkan dalam tanda kutip kedua, tidak boleh sesudah tanda kutip.
4.      Jadi ketiga bagian dan kepustakaan ini tetapi dipisahkan dengan titik, yaitu pertama: nama pengarang penulis artikel, kedua judul artikel judul buku dan editor, ketiga tempat terbit – penerbit tahun terbit.
j.        Artikel dalam Ensiklopedi
Wright, J.T. “Language Varieties: Language and Dialect,” Encyclopaedia of Linguistics, information and Control, hal. 243 – 251.
Wright, JT. “Language Varieties: Language and Dialect,” Encyclopaedia of Linguistics, information and Control (Oxford: Pergamon Press Ltd., 1969), hal. 243 – 251.
1.      Bila ada artikel yang jelas pengarangnya, maka nama pengarang itulah yang dicantumkan.Bila tidak ada nama pengarang, maka judul artikel yang harus dimasukkan dalam urutan alfabetisnya.
2.      Untuk penanggalan dapat dipergunakan nomor edisinya, dapat pula tahun penerbitnya
3.      Perhatikan pula bahwa antar judul ensiklopedi dan keterangan tentang edisi atau tahun terbit, jilid dan halaman harus ditempatkan tanda koma sebagai pemisah..
4.      Contoh yang kedua sebenarnya sama dengan contoh yang pertama, hanya terdapat perbedaan berupa pemasukan tempat terbit dan penerbit. Bila tempat terbit dan penerbit dimasukkan, maka : tempat terbit, penerbit dan tahun terbit dimasukkan dalam kurung. Hal ini biasanya berlaku bagi ensiklopedi yang tidak terlalu umum dikenal.
5.      Macam-macam Daftar Pustaka
a.       Buku-buku dasar : buku yang dipergunakan sebagai bahan orientasi umum mengenai pokok yang digarap itu.
b.      Buku-buku khusus : yaitu buku-buku yang dipakai oleh penulis untuk mencari bahan-bahan yang langsung bertalian dengan pokok persoalan yang digarap.
c.       Buku-buku pelengkap : buku-buku yang topiknya lain dari topik yang digarap penulis.
6.      Penyusunan Daftar Pustaka
Untuk menyusun sebuah daftar yang final perlu diperhatikan terlebih dahulu hal-hal berikut :
a.       Nama pengarang diurutkan menurut alfabet, Nama yang dipakai dalam urutan itu adalah nama keluarga.
b.      Bila tidak ada pengarang, maka judul buku atau artikel yang dimasukkan dalam urutan alfabet.
c.       Jika untuk seorang pengarang terdapat lebih dari satu bahan referensi, maka untuk referensi yang kedua dan seterusnya , nama pengarang tidak perlu diikutsertakan, tetapi diganti dengan garis sepanjang 5 atau 7 ketukan.
d.      Jarak antara baris dengan baris untuk satu referensi adalah satu spasi. Tetapi jarak antara pokok dengan pokok lain adalah dua spasi.
e.       Baris pertama dimulai dari margin kiri. Baris kedua dan seterusnya dari tiap pokok harus dimasukkan ke dalam sebanyak 3 atau 4 ketikan. (Gorys Keraf, 1997 : 222).
B.     KUTIPAN
1.      Pengertian Kutipan
Kutipan adalah pinjaman pendapat dari seorang pengarang atau seseorang, baik berupa tulisan dalam buku, majalah, surat kabar, atau dalam bentuk tulisan lainnya, maupun dalam bentuk lisan.
2.      Tujuan Kutipan
Dalam tulisan ilimiah, baik berupa artikel, karya tulis, skripsi, tesis, dan disertasi selalu terdapat kutipan. Kutipan adalah pengokohan argumentasi dalam sebuah karangan. Seorang penulis tidak perlu membuang waktu untuk menyelidiki suatu hal yang sudah dibuktikan kebenarannya oleh penulis lain, penulis cukup mengutip karya orang lain tersebut.
Dengan demikian kutipan mempunyai fungsi sebagai :
a.       Landasan teori
b.      Penguat pendapat orang lain
c.       Penjelasan suatu uraian
d.      Bahan bukti untuk menunjang pendapat itu.
Berdasarkan fungsi di atas seorang penulis harus memperhatikan hal-hal berikut :
1.      Penulis mempertimbangkan bahwa kutipan itu perlu
2.      Penulis bertanggung jawab penuh terhadap ketepatan dan ketelitian kutipan
3.      Kutipan dapat terkait dengan penemuan teori
4.      Jangan terlalu banyak menggunakan kutipan langsung.
5.      Penulis mempertimbangkan jenis kutipan, kutipan langsung atau kutipan tak langsung
6.      Perhatikan teknik penulisan kutipan dan kaitannya dengan sumber rujukan.
3.       Prinsip Mengutip
Pengutip tahu bahwa dalam kalimat itu ada kata yang salah, namun pengutip tidak boleh memperbaikinya.
Cara memperbaikinya :
1)      ‘Tugas bank antara lain member pinjam [seharusnya, pinjaman, penulis] uang.’
2)      ‘Tugas bank antara lain memberi pinjam uang.’
artinya dikutip sesuai dengan aslinya.
Cara 2) ini lebih umum.
Menghilangkan bagian kutipan
Dalam kutipan diperkenankan menghilangkan bagian-bagian kutipan dengan syarat bahwa penghilangan bagian itu tidak menyebabkan perubahan makna.
Caranya :
1)      Menghilangkan bagian kutipan yang kurang dari satu alinea. Bagian yang dihilangkan diganti dengan tiga titik berspasi.
2)      Menghilangkan bagian kutipan yang kurang dari satu alinea.
Bagian yang dihilangkan diganti dengan tiga titik berspasi sepanjang garis (dari margin kiri sampai margin kanan).
4.      Jenis Kutipan
a.      Kutipan langsung adalah pinjaman pendapat dengan mengambil secara lengkap kata demi kata, kalimat demi kalimat dari sumber teks asli.
b.      Kutipan tak langsung adalah pinjaman pendapat dengan mengambil inti sarinya saja.
c.       Kutipan pada catatan kaki.
d.      Kutipan atas ucapan lisan.
e.       Kutipan dalam kutipan.
f.       Kutipan langsung dalam materi.
5.      Cara Mengutip
a.       Kutipan langsung
Ü  yang tidak lebih dari empat baris :
a)      kutipan diintegrasikan dengan teks
b)      jarak antar baris kutipan dua spasi
c)      kutipan diapit dengan tanda kutip
d)     sudah kutipan selesai, langsung di belakang yang dikutip dalam tanda kurung ditulis sumber darimana kutipan itu diambil, dengan menulis nama singkat atau nama keluarga pengarang, tahun terbit, dan nomor halaman tempat kutipan itu diambil.
Ü  yang lebih dari empat baris :
a)      kutipan dipisahkan dari teks sejarak tiga spasi
b)      jarak antar kutipan satu spasi
c)      kutipan dimasukkan 5-7 ketukan, sesuai dengan alinea teks pengarang atau pengutip. Bila kutipan dimulai dengan alinea baru, maka baris pertama kutipan dimasukkan lagi 5-7 ketukan.
d)     kutipan diapit oleh tanda kutip atau diapit tanda kutip.
e)      di belakang kutipan diberi sumber kutipan (seperti pada 1)
b.      Kutipan tak langsung
1)      kutipan diintegrasikan dengan teks
2)      jarak antar baris kutipan spasi rangkap
3)      kutipan tidak diapit tanda kutip
4)      sesudah selesai diberi sumber kutipan
c.       Kutipan pada catatan kaki
Kutipan selalu ditempatkan pada spasi rapat, meskipun kutipan itu singkat saja. Kutipan diberi tanda kutip, dikutip seperti dalam teks asli.
d.      Kutipan atas ucapan lisan
Kutipan harus dilegalisir dulu oleh pembicara atau sekretarisnya (bila pembicara seorang pejabat). Dapat dimasukkan ke dalam teks sebagai kutipan langsung atau kutipan tidak langsung.
e.       Kutipan dalam kutipan
Kadang-kadang terjadi bahwa dalam kutipan terdapat lagi kutipan.
Dalam hal ini dapat ditempuh dua cara :
1)      bila kutipan asli tidak memakai tanda kutip, kutipan dalam kutipan dapat mempergunakan tanda kutip tungggal atau tanda kutip ganda.
2) bila kutipan asli memakai tanda kutip, kutipan dalam kutipan mempergunakan tanda kutip ganda. Sebaliknya bila kutipan asli memakai tanda kutip ganda, kutipan dalam kutipan memakai tanda kutip tunggal.
f.       Kutipan langsung dalam materi
Kutipan langsung dimulai dengan materi kutipan hinggga perhentian terdekat, (dapat berupa koma, titik koma, atau titik) disusul dengan sisipan penjelas siapa yang berbicara.
Contoh : “Jelas,” kata Prof. Haryati, ”kosa kata bahasa Indonesia banyak mengambil dari kosa kata bahasa Sansekerta.

















BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN

Jadi, karangan ilmiah adalah suatu tulisan yang didalamnya membahas suatu masalah yang dilakukan berdasarkan penyedikan, pengamatan, pengumpulan data yang dapat dari suatu penelitian,baik penelitian lapangan, tes labolatorium ataupun kajian pustaka dan dalam memaparkan dan menganalisis datanya harus berdasarkan pemikiran ilmiah,yang dikatakan dengan pemikiran ilmiah disini adalah pemikiran yang logis dan empiris.
Bentuk karangan ilmiah dapat berupa makalah, usulan penelitian, skripsi, tesis, dan disertasi. Sedangkan jenis karangan ilmiah, antara lain laporan penelitian, makalah seminar atau simposium, dan artikel jurnal yang pada dasarnya semua itu merupakan produk dari kegiatan ilmuwan.













DAFTAR PUSTAKA


http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2010/03/hakikat-karya-ilmiah-ciri-ciri-jenis-karya-ilmiah-sikap-ilmiah-dan-kesalahan-dalam-penulisan-ilmiah-2/