BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
LATAR BELAKANG
Pembahasan tentang
karangan ilmiah dilakukan dengan menelaah lebih jauh tentang pengertian
karangan ilmiah, ciri-ciri karangan ilmiah, jenis-jenis karangan ilmiah,
sistematika karangan ilmiah serta bentuk penulisan kutipan dan kepustakaan
1.2 RUMUSAN
MASALAH
1. Pengertian karangan ilmiah
2. Ciri-ciri karangan ilmiah
3. Jenis-jenis karangan ilmiah
4. Bentuk sistematika karangan ilmiah
5. Bentuk tata cara penulisan kutipan dan kepustakaan
1.3
KEGUNAAN
1.
Bagi penulis pembahasan ini merupakan wahana latihan
pengembangan ilmu pengetahuan dan ketrampilan.
2.
Dengan pembahasan
ini dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan mengenai karangan ilmiah
1.4
TUJUAN
1
Sebagai pemenuhan tugas
kelompok mata kuliah bahasa Indonesia
2. Sebagai sarana
berbagi informasi dan pengetahuan dengan para pembaca sekalian.
3. Sebagai persiapan
pengetahuan sebagai calon pendidik.
1.5.1
METODOLOGI
Kegiatan penulisan karya tulis ini dilakukan
dengan menggunakan metode tinjauan pustaka. Penulisan ini dilakukan dengan
mengumpulkan data-data atau
informasi-informasi terkait melalui buku, jurnal, dan tulisan-tulisan di website.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN
KARANGAN ILMIAH
Karangan ilmiah adalah karangan ilmu pengetahuan yang
menyajikan fakta umum dan ditulis menurut metodelogi penulisan yang benar.
Karangan ilmiah ditulis dengan bahasa yang konkret, gaya bahasanya formal,
kata-katanya teknis dan didukung fakta yang dapat dibuktikan kebenarannya.
Karangan merupakan karya tulis yang dihasilkan dari
kegiatan mengungkapkan pemikiran dan menyampaikannya melalui media tulisan
kepada orang lain untuk dipahami. Sedangkan karangan ilmiah menurut
Brotowidjoyo adalah karangan ilmu pengetahuan yang menyajikan fakta dan ditulis
menurut metodologi penulisan yang baik dan benar.
Jadi, karangan ilmiah adalah suatu tulisan yang
didalamnya membahas suatu masalah yang dilakukan berdasarkan penyedikan,
pengamatan, pengumpulan data yang dapat dari suatu penelitian,baik penelitian
lapangan, tes labolatorium ataupun kajian pustaka dan dalam memaparkan dan
menganalisis datanya harus berdasarkan pemikiran ilmiah,yang dikatakan dengan
pemikiran ilmiah disini adalah pemikiran yang logis dan empiris.
Bentuk karangan ilmiah dapat berupa makalah, usulan
penelitian, skripsi, tesis, dan disertasi. Sedangkan jenis karangan ilmiah,
antara lain laporan penelitian, makalah seminar atau simposium, dan artikel
jurnal yang pada dasarnya semua itu merupakan produk dari kegiatan ilmuwan.
2.2 CIRI-CIRI
KARANGAN ILMIAH
ü Struktur Sajian
Struktur
sajian karangan ilmiah sangat ketat, biasanya terdiri dari bagian awal
(pendahuluan), bagian inti (pokok pembahasan), dan bagian penutup. Bagian awal
merupakan pengantar ke bagian inti, sedangkan inti merupakan sajian gagasan
pokok yang ingin disampaikan yang dapat terdiri dari beberapa bab atau
subtopik.
Bagian
penutup merupakan kesimpulan pokok pembahasan serta rekomendasi penulis tentang
tindak lanjut gagasan tersebut.
ü Komponen dan Substansi
Komponen
karangan ilmiah bervariasi sesuai dengan jenisnya, namun semua karangan ilmiah
mengandung pendahuluan, bagian inti, penutup, dan daftar pustaka. Artikel
ilmiah yang dimuat dalam jurnal mempersyaratkan adanya abstrak.
ü Sikap Penulis
Sikap
penulis dalam karangan ilmiah adalah objektif, yang disampaikan dengan
menggunakan gaya bahasa impersonal, dengan banyak menggunakan bentuk
pasif, tanpa menggunakan kata ganti orang pertama atau kedua.
ü Penggunaan Bahasa
Bahasa
yang digunakan dalam karangan ilmiah adalah bahasa baku yang tercermin dari
pilihan kata / istilah, dan kalimat-kalimat yang efektif dengan struktur yang
baku.
Apa
pun jenis karangan ilmiah yang ditulis oleh ilmuwan atau akademisi –
sebagaimana telah diuraikan pada bagian sebelumnya – harus mempunyai ciri-ciri
sebagai berikut.
- Objektif. Keobjektifan ini menampak
pada setiap fakta dan data yang diungkapkan berdasarkan kenyataan yang
sebenarnya, tidak dimanipulasi. Juga, setiap pernyataan atau simpulan yang
disampaikan berdasarkan bukti-bukti yang bisa dipertanggungjawabkan.
Dengan demikian, siapa pun dapat mengecek kebenaran dan keabsahanya.
- Netral. Kenetralan ini bisa terlihat
pada setiap pernyataan atau penilaian bebas dari kepentingan-kepentingan
tertentu baik kepentingan pribadi maupun kelompok. Oleh karena itu,
pernyataan-pernyataan yang bersifat ‘mengajak’, ‘membujuk’, atau
‘mempengaruhi’ pembaca dihindarkan.
- Sistematis. Uraian yang terdapat pada
karangan ilmiah dikatakan sistematis apabila mengikuti pola pengembangan
tertentu, misalnya pola urutan, klasifikasi, kausalitas, dan sebagainya.
Dengan cara demkian, pembaca akan bisa mengikutinya dengan mudah alur
uraiannya.
- Logis. Kelogisan ini bisa dilihat
dari pola nalar yang digunakannya, pola nalar induktif atau deduktif.
Kalau bermaksud menyimpulkan suatu fakta atau data digunakan pola induktif;
sebaliknya, kalau bermaksud membuktikan suatu teori atau hipotesis
digunakan pola deduktif.
- Menyajikan
fakta (bukan
emosi atau perasaan). Setiap pernyataan, uraian, atau simpulan dalam
karangan ilmiah harus faktual, yaitu menyajikan fakta. Oleh karena itu,
pernyataan atau ungkapan yang emosional (menggebu-gebu seperti orang
berkampanye, perasaan sedih seperti orang berkabung, perasaan senang
seperti orang mendapatkan hadiah, dan perasaan marah seperti orang
bertengkar) hendaknya dihindarkan.
Secara ringkas ciri
ciri karangan ilmiah adalah:
Menyajikan
fakta objektif secara sistematis atau menyajikan aplikasi hukum alam pada
situasi spesifik.
Penulisannya
cermat, tepat, dan benar serta tulus. Tidak memuat terkaan.
Pernyataan-pernyataan tulus tanpa mengingat efeknya.
Tidak
mengejar keuntungan pribadi, yaitu tidak berambisi agar pembaca berpihak
kepadanya. Motivasi penulis hanya untuk memberitahukan tentang sesuatu. Penulis
yang ilmiah tidak ambisius dan tidak berprasangka.
Karangan
ilmiah itu sistematis, tiap langkah direncanakan secara sistematis terkendali,
secara konseptual dan prosedural.
Karangan
ilmiah itu tidak emotif, tidak menonjolkan perasaan. Karangan ilmiah menyajikan
sebab-akibat dan pengertian/pemahaman. Kata-katanya mudah dikenali.
Alasan-alasan yang dikemukakan indusif, mendorong untuk menarik kesimpulan
tidak terlalu tinggi dan bukan ajakan.
Tidak
memuat pandangan-pandangan tanpa pendukung kecuali dalam hipotesis kerja.
Ditulis
secara tulus, dan memuat hanya kebenaran. Tidak memancing pertanyaan-pertanyaan
yang bernada keraguan.
Karangan
ilmiah tidak argumentatif. Karya tulis yang ilmiah itu mungkin mencapai
kesimpulan, tetapi penulisnya membiarkan fakta berbicara sendiri.
Karangan
ilmiah itu tidak persuasif yang dikemukakan fakta dan aplikasi hukum alam
kepada problem-problem spesifik. Tujuan karangan yang ilmiah itu untuk
mendorong pembaca merubah pendapat tetapi tidak melalui ajakan, argumentasi,
sanggahan dan protes, tetapi membiarkan fakta-fakta berbicara sendiri.
Karangan
ilmiah itu tidak melebih-lebihkan sesuatu. Dalam karangan ilmiah hanya
disajikan kebenaran fakta. Karena itu, memutar balikan fakta akan menghancurkan
tujuan penulisan karangan ilmiah. Melebih-lebihkan sesuatu itu umumnya
disebabkan oleh motif mementingkan diri sendiri.
2.3 JENIS-JENIS
KARANGAN ILMIAH
ü Skripsi adalah karya tulis (ilmiah) mahasiswa untuk
melengkapi syarat mendapatkan gelar sarjana (S1). Bobotnya 6 satuan kredit
semster (SKS) dan dalam pengerjakannya dibantu dosen pembimbing. Dosen
pembimbing berperan ‘mengawal’ dari awal sampai akhir hingga mahasiswa mampu
mengerjakan dan mempertahankannya pada ujian skripsi.
Skripsi ditulis berdasarkan pendapat (teori) orang lain. Pendapat tersebut
didukung data dan fakta empiris-objektif, baik berdasarkan penelitian langsung;
observasi lapanagn atau penelitian di laboratorium, atau studi kepustakaan.
Skripsi menuntut kecermatan metodologis hingga menggaransi ke arah sumbangan
material berupa penemuan baru.
ü Tesis
Tesis adalah jenis karangan ilmiah yang bobot ilmiahnya lebih dalam dan tajam
dibandingkan skripsi. Ditulis untuk menyelesaikan pendidikan pascasarjana. Mahasiswa melakukan penelitian mandiri, menguji satu
atau lebih hipotesis dalam mengungkapkan ‘pengetahuan baru’.
Dalam
penulisannya dituntut kemampuan dalam menggunakan istilah tehnis; dari istilah
sampai tabel, dari abstrak sampai bibliografi. Artinya, kemampuan mandiri
—sekalipun dipandu dosen pembimbing— menjadi hal sangat mendasar. Sekalipun
pada dasarnya sama dengan skripsi, tesis lebih dalam, tajam, dan dilakukan
mandiri.
Tesis atau Master Thesis ditulis bersandar pada
metodologi; metodologi penelitian dan metodologi penulisan. Standarnya
digantungkan pada institusi, terutama pembimbing. Dengan bantuan pembimbing,
mahasiswa merencanakan (masalah), melaksanakan; menggunakan instrumen,
mengumpulkan dan menjajikan data, menganalisis, sampai mengambil kesimpulan dan
rekomendasi.
ü Disertasi
Pencapaian gelar akademik tertinggi
adalah predikat Doktor. Gelar Doktor (Ph.D) dimungkinkan manakala mahasiswa (S3)
telah mempertahankan disertasi dihadapan Dewan Penguji Disertasi yang terdiri
dari profesor atau Doktor dibidang masing-masing. Disertasi ditulis berdasarkan
penemuan (keilmuan) orisinil dimana penulis mengemukan dalil yang dibuktikan
berdasarkan data dan fakta valid dengan analisis terinci.
Disertasi atau Ph.D Thesis ditulis berdasarkan metodolologi penelitian yang
mengandung filosofi keilmuan yang tinggi. Mahasiswa (S3) harus mampu (tanpa
bimbingan) menentukan masalah, berkemampuan berpikikir abstrak serta
menyelesaikan masalah praktis. Disertasi memuat penemuan-penemuan baru,
pandangan baru yang filosofis, tehnik atau metode baru tentang sesuatu sebagai
cerminan pengembangan ilmu yang dikaji dalam taraf yang tinggi
Adapun
beberapa tambahan nya yaitu
ü Artikel
Ilmiah Popular
Berbeda dengan
artikel ilmiah, artikel ilmiah popular tidak terikat secara ketat dengan aturan
penulisan ilmiah. Sebab, ditulis lebih bersifat umum, untuk konsumsi publik.
Dinamakan ilmiah populer karena ditulis bukan untuk keperluan akademik tetapi
dalam menjangkau pembaca khalayak. Karena itu aturan-aturan penulisan ilmiah
tidak begitu ketat. Artikel ilmiah popular biasanya dimuat di surat kabar atau
majalah. Artikel dibuat berdasarkan berpikir deduktif atau induktif, atau
gabungan keduanya yang bisa ‘dibungkus’ dengan opini penulis.
ü Artikel
Ilmiah
Artikel ilmiah,
bisa ditulis secara khusus, bisa pula ditulis berdasarkan hasil penelitian
semisal skripsi, tesis, disertasi, atau penelitian lainnya dalam bentuk lebih
praktis. Artikel ilmiah dimuat pada jurnal-jurnal ilmiah. Kekhasan artikel
ilmiah adalah pada penyajiannya yang tidak panjang lebar tetapi tidak megurangi
nilai keilmiahannya.
Artikel ilmiah bukan sembarangan artikel, dan karena itu, jurnal-jurnal ilmiah
mensyaratkan aturan sangat ketat sebelum sebuah artikel dapat dimuat. Pada
setiap komponen artikel ilmiah ada pehitungan bobot. Karena itu, jurnal ilmiah
dikelola oleh ilmuwan terkemuka yang ahli dibidangnya. Jurnal-jurnal ilmiah
terakredetasi sangat menjaga pemuatan artikel. Akredetasi jurnal mulai dari D,
C, B, dan A, dan atau bertaraf internasional. Bagi ilmuwan, apabila artikel
ilmiahnya ditebitkan pada jurnal internasional, pertanda keilmuawannya
‘diakui’.
ü Kertas Kerja
Kertas kerja
pada prinsipnya sama dengan makalah. Kertas kerja dibuat dengan analisis lebih
dalam dan tajam. Kertas kerja ditulis untuk dipresentasikan pada seminar atau
lokakarya, yang biasanya dihadiri oleh ilmuwan. Pada ‘perhelatan ilmiah’
tersebut kertas kerja dijadikan acuan untuk tujuan tertentu. Bisa jadi, kertas
kerja ‘dimentahkan’ karena lemah, baik dari susut analisis rasional, empiris,
ketepatan masalah, analisis, kesimpulan, atau kemanfaatannya.
ü Makalah
Lazimnya, makalah dibuat melalui kedua cara berpikir tersebut. Tetapi, tidak
menjadi soal manakala disajikan berbasis berpikir deduktif (saja) atau induktif
(saja). Yang penting, tidak berdasar opini belaka. Makalah, dalam tradisi
akademik, adalah karya ilmuwan atau mahasiswa yang sifatnya paling ‘soft’ dari
jenis karangan ilmiah lainnya. Sekalipun, bobot akademik atau bahasan
keilmuannya, adakalanya lebih tinggi. Misalnya, makalah yang dibuat oleh
ilmuwan dibanding skripsi mahasiswa.
2.4 SISTEMATIKA
KARANGAN ILMIAH
a. Bagian
awal
1. Halaman
Judul
Ditulis sesuai dengan cover
depan sesuai aturan yang ada.
2. Lembar
Pernyataan
Yakni merupakan halaman
yang berisi pernyataan bahwa penulisan karya tulis ini merupakan hasil karya
sendiri bukan hasil plagiat atau penjiplakan terhadap hasil karya orang lain.
3.
Lembar Pengesahan
Pada
Lembar Pengesahan ini berisi Daftar Komisi Pembimbing atau guru pembina, Pada
Bagian bawah sendiri juga disertai tanda tangan Pembimbing.
4.
Abstraksi
Yakni
berisi ringkasan tentang hasil dan pembahasan secara garis besar dari Penulisan
karya tulis dengan maksimal 1 halaman.
5.
Kata Pengantar
Berisi
ucaan terima kasih kepada pihak-pihak yang ikut berperan serta dalam
pelaksanaanpenelitian dan penulisan karya tulis (a.l. Kepala Sekolah, Guru,
rekan dll).
6.
Halaman Daftar Isi
Berisi
semua informasi secara garis besar dan disusun berdasarkan urut nomor halaman.
7.
Halaman Daftar Tabel
8.
Halaman Daftar Gambar,
Daftar Grafik, Daftar Diagram
b. Bagian
naskah (teks)
ð Pendahuluan
Pada Bab Pendahuluan ini
terdiri dari beberapa sub pokok bab yang meliputi antara lain :
a) Latar
Belakang Masalah
Menguraikan
tentang alasan dan motivasi dari penulis terhadap topik permasalahan yang
bersangkutan.
b) Rumusan
Masalah
Berisi
masalah apa yang terjadi dan sekaligus merumuskan masalah dalam penelitian yang
bersangkutan.
c) Batasan
Masalah
Memberikan
batasan yang jelas pada bagian mana dari persoalan atau masalah yang dikaji dan
bagian mana yang tidak.
d) Tujuan
Penelitian
Menggambarkan
hasil-hasil apa yang bisa dicapai dan diharapkan dari penelitian ini dengan
memberikan jawaban terhadap masalah yang diteliti.
e) Metode
Penelitian
Menjelaskan
cara pelaksanaan kegiatan penelitian, mencakup cara pengumpulan data, alat yang
digunakan dan cara analisa data.
Jenis-Jenis
Metode Penelitian :
I.
Studi Pustaka : Semua bahan
diperoleh dari buku-buku dan/atau jurnal.
II.
Studi Lapangan : Data
diambil langsung di lokasi penelitian.
III.
Gabungan : Menggunakan
gabungan kedua metode di atas.
f)
Sistematika Penulisan
Memberikan
gambaran umum dari bab ke bab isi dari Penulisan Karangan ilmiah
ð Isi(pembahasan)
1) Landasan
Teori
Menguraikan
teori-teori yang menunjang penulisan / penelitian, yang bisa diperkuat dengan
menunjukkan hasil penelitian sebelumnya.
2) Metode
Penelitian
Menjelaskan
cara pengambilan dan pengolahan data dengan menggunakan alat-alat analisis yang
ada.
3) Analisis
Data dan Pembahasan
Membahas
tentang keterkaitan antar faktor-faktor dari data yang diperoleh dari masalah
yang diajukan kemudian menyelesaikan masalah tersebut dengan metode yang
diajukan dan menganalisa proses dan hasil penyelesaian masalah.
4) Kesimpulan
(dan Saran)
Bab ini bisa terdiri dari
Kesimpulan saja atau ditambahkan Saran.
·
Kesimpulan
Berisi
jawaban dari masalah yang diajukan penulis, yang diperoleh dari penelitian.
·
Saran
Ditujukan
kepada pihak-pihak terkait, sehubungan dengan hasil penelitian
ð Penutup
Bab
ini bisa terdiri dari Kesimpulan saja atau ditambahkan Saran.
ü Kesimpulan
Berisi
jawaban dari masalah yang diajukan penulis, yang diperoleh dari penelitian.
ü Saran
Ditujukan
kepada pihak-pihak terkait, sehubungan dengan hasil penelitian.
c. Pelengkap
Lampiran
Penjelasan tambahan, dapat berupa uraian, gambar,
perhitungan-perhitungan, grafik atau tabel, yang merupakan penjelasan rinci
dari apa yang disajikan di bagian-bagian terkait sebelumnya.
Abstrak
Merupakan
sari tulisan, meliputi latar belakang penelitian secara ringkas, tujuan,
metode, hasil, dan simpulan penelitian. Perincian perlakuan tidak perlu
dicantumkan, kecuali jika dianggap penting. Panjang abstrak maksimum 150-200
kata dan dilengkapi dengan kata kunci.
Kepustakaan
Tata cara
penulisan daftar pustaka dapat berbeda-beda, tetapi biasanya mengikuti kaidah
yang berlaku di bidang ilmunya masing-masing.
2.5 PENULISAN
KUTIPAN DAN KEPUSTAKAAN
Sebuah
dokumen resmi atau karangan ilmiah biasanya mencantumkan kutipan untuk
mendukung ide dan argumentasi yang disusun oleh penulisnya. Pencantuman kutipan
diikuti juga dengan sebuah Daftar Pustaka (Reference) dan atau
Bibliografi pada bagian akhir dokumen. Daftar Pustaka adalah sebuah daftar yang
mencantumkan semua dokumen yang dikutip di dalam karangan ilmiah. Sedangkan
Bibliografi adalah daftar yang mencantumkan dokumen-dokumen pendukung lainnya.
Bibliografi mungkin lebih panjang daripada Daftar Pustaka, karena entri-entri
di dalam Bibliografi tidak harus dikutip di dalam tubuh tulisan karangan ilmiah.
Pencantuman
Kutipan dan Daftar Pustaka dilakukan antara lain dengan tujuan memberikan
apresiasi kepada penulis asli. Pemberian apresiasi ini menunjukkan bahwa
gagasan ide tersebut dilakukan oleh penulis asli sehingga penulis dokumen
terhindar dari plagiasi karangan ilmiah. Mencantumkan Kutipan dan Daftar
Pustaka juga bertujuan menyampaikan ide-ide yang terkait dan saling mendukung
untuk membangun sebuah pemikiran baru. Dalam kaitan dengan penyampaian ide ini,
proses penerjemahan memiliki peran.
Dokumen
yang diacu dan dituliskan kutipannya dalam tubuh karangan ilmiah dan
dicantumkan sebagai rujukan dalam Daftar Pustaka mungkin ditulis dalam bahasa
asing. Untuk menghindari kesalahpahaman yang muncul di benak pembaca, proses
penerjemahan mungkin perlu dilakukan. Mencantumkan kutipan di dalam karangan
ilmiah dapat dilakukan dengan berbagai cara, tergantung kepada posisi di mana
kutipan itu dituliskan di dalam dokumen.
- Parafrasa
Parafrasa adalah menuliskan ide asli yang ditulis oleh orang lain dalam
dokumen sumber menggunakan susunan kata dan kalimat penulis dokumen.
Penulisan kutipan melalui parafrasa tentunya dilakukan dengan menggunakan
bahasa yang digunakan dalam karangan ilmiah, karena itu dilakukan
penerjemahan.
- Kutipan
Sebuah kutipan biasanya ditulis menggunakan indentasi dengan menggunakan
ukuran font yang lebih kecil. Kutipan bisa dituliskan dalam bahasa asli.
Hal ini dilakukan misalnya dengan alasan jika dilakukan penerjemahan, ide
asli dari penulis yang karyanya dikutip akan mengalami distorsi. Jika hal
ini dilakukan, maka tentunya penulis karangan ilmiah akan memberikan
paparan lebih rinci tentang ide yang dikutip, dalam bentuk
kalimat-kalimatnya sendiri dalam bentuk parafrasa. Dengan demikian sebuah kutipan
lazimnya diterjemahkan.
Dengan alasan menghindari distorsi
ide, penulisan kutipan yang diterjemahkan sebaiknya juga disertai dengan
keterangan pada bagian akhir kutipan, dari bahasa apa kutipan tersebut
diterjemahkan. Keterangan penerjemahan dituliskan di antara tanda kurung
misalnya “(Terjemahan dari bahasa [apa].)”
- Daftar
Pustaka
Untuk memudahkan pembaca menelusuri
karya asli dari penulis yang dikutip di dalam karangan ilmiah, entri Daftar
Pustaka dituliskan dalam bahasa aslinya. Jika entri Daftar Pustaka diterjemahkan,
dikhawatirkan akan menyulitkan pembaca menelusuri karya asli yang dimaksud.
- Daftar
Pustaka berupa hasil terjemahan
Sebuah entri Daftar Pustaka dapat
berupa sebuah karya hasil terjemahan dari dokumen lain. Ketika merujuk kepada
hasil karya yang sudah diterjemahkan, bisa ditambahkan keterangan
“Diterjemahkan dari bahasa [apa] oleh [siapa]. Kota: Penerbit.” Dalam penulisan
dengan format ini, nama kota yang dicantumkan di bagian akhir adalah nama kota
tempat penerbitan versi terjemahan.
Secara
garis besar, pencantuman Kutipan dan Daftar Pustaka pada sebuah karangan ilmiah
bertujuan antara lain untuk menyampaikan ide-ide dari berbagai sumber dan
mengkomunikasikan ide yang disusun oleh penulis karangan ilmiah. Berdasarkan
hal ini, proses penerjemahan kutipan dan daftar pustaka dapat dilakukan selama
pesan yang dikomunikasikan dalam karangan ilmiah dapat diterima dengan baik
oleh pembaca.
Format
penulisan rujukan di dalam karangan ilmiah dan penulisan daftar pustaka tentu
saja mengacu pada gaya kutipan yang digunakan, misalnya mengacu pada sistem
APA, MLA, Chicago Style, dan sebagainya.
Pengertian
Kutipan Dan Kepustakaan
kepustakaan
adalah segala usaha yang dilakukan oleh peneliti untuk menghimpun informasi
yang relevan dengan topik atau masalah yang akan atau sedang diteliti.
Informasi itu dapat diperoleh dari buku-buku ilmiah, laporan penelitian,
karangan-karangan ilmiah, tesis dan disertasi, peraturan-peraturan,
ketetapan-ketetapan, buku tahunan, ensiklopedia, dan sumber-sumber tertulis
baik tercetakmaupunelektroniklain.
Studi
kepustakaan merupakan suatu kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dari suatu
penelitian. Teori-teori yang mendasari masalah dan bidang yang akan diteliti
dapat ditemukan dengan melakukan studi kepustakaan. Selain itu seorang peneliti
dapat memperoleh informasi tentang penelitian-penelitian sejenis atau yang ada
kaitannya dengan penelitiannya. Dan penelitian-penelitian yang telah dilakukan
sebelumnya. Dengan melakukan studi kepustakaan, peneliti dapat memanfaatkan
semua informasi dan pemikiran-pemikiran yang relevan dengan penelitiannya.
Untuk
melakukan studi kepustakaan, perpustakaan merupakan suatu tempat yang tepat
guna memperoleh bahan-bahan dan informasi yang relevan untuk dikumpulkan,
dibaca dan dikaji, dicatat dan dimanfaatkan (Roth 1986). Seorang peneliti
hendaknya mengenal atau tidak merasa asing dilingkungan perpustakaan sebab
dengan mengenal situasi perpustakaan, peneliti akan dengan mudah menemukan apa
yang diperlukan. Untuk mendapatkan informasi yang diperlukan peneliti mengetahui
sumber-sumber informasi tersebut, misalnya kartu katalog, referensi umum dan
khusus, buku-buku pedoman, buku petunjuk, laporan-laporan penelitian, tesis,
disertasi, jurnal, ensiklopedi, dan surat kabar. Dengan demikian peneliti akan
memperoleh informasi dan sumber yang tepat dalam waktu yang singkat.
Masalah
penulisan dapat ditemukan dari beberapa sumber, yaitu dari pengalaman sendiri,
dari teori-teori yang perlu diuji kebenarannya dan dari bahan¬bahan pustaka.
Setelah masalah penelitian ditemukan, seorang peneliti perlu melakukan suatu
kegiatan yang menyangkut pengkajian bahan-bahan tertulis yang merupakan sumber
acuan untuk penelitiannya. Kegiatan ini, yang juga disebut studi kepustakaan,
merupakan suatu kegiatan penting yang harus dilakukan oleh seorang peneliti
baik sebelum maupun selama penelitian berlangsung. Dalam tulisan ini akan
dibahas apa yang dimaksud dengan studi kepustakaan, tujuan, sumber-sumber,
hambatan, dan bagaimana melakukan studi kepustakaan.
Setelah
menemukan masalah yang akan diteliti seorang peneliti akan melakukan
kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan penelitiannya. Salah satu diantaranya
adalah melakukan studi kepustakaan, yang mungkin sudah dirintisnya ketika masih
ada dalam tahap mencari masalah penelitian. Penggunaan pustaka untuk ditinjau
secara singkat pada dasarnya bermanfaat menunjukkan aspek ilmiah dalam
penelitian yang akan disusun. Pustaka yang digunakan idealnya adalah pustaka
inti yang berkaitan dengan topik penelitian. Pustaka juga menjadi rujukan
konsep yang akan diteliti.
Hampir
semua penelitian memerlukan studi pustaka. Walaupun orang sering membedakan
antara riset kepustakaan dan riset lapangan, keduanya tetap memerlukan
penelusuran pustaka. Perbedaan utamanya hanyalah terletak pada fungsi,
tujuan dan atau kedudukan studi pustaka dalam masing-masing riset
tersebut. Dalam riset pustaka, penelusuran pustaka lebih daripada sekedar
melayani fungsi- fungsi persiapan kerangka penelitian, mempertajam
metodelogi atau memperdalam kajian teoretis. Riset pustaka dapat
sekaligus memanfaatkan sumber perpustakaan untuk memperoleh data penelitiannya
tanpa melakukan riset lapangan.
Idealnya
sebuah riset profesional menggunakan kombinasi riset pustaka dan lapangan
dengan penekanan pada salah satu di antaranya. Namun ada kalanya mereka
membatasi penelitian pada studi pustaka saja. Paling tidak ada tiga alasan
kenapa mereka melakukan hal ini. Pertama: karena persoalan penelitian tersebut
hanya bisa dijawab lewat penelitian pustaka dan mungkin tidak bisa mengharapkan
datanya dari riset lapangan. Kedua: studi pustaka diperlukan sebagai satu tahap
tersendiri yaitu studi pendahuluan untuk memahami gejala baru yang terjadi
dalam masyarakat. Ketiga: data pustaka tetap andal untuk menjawab
persoalan penelitiannya.
Setidaknya
ada empat ciri utama studi kepustakaan. Pertama: peneliti berhadapan langsung
dengan teks dan data angka dan bukannya dengan pengetahuan langsung dari
lapangan atau saksi mata berupa kejadian , orang atau benda-benda lain. Kedua,
data pustaka bersifat siap pakai. Ketiga: data pustaka umumnya adalah sumber
sekunder yang bukan data orisinil dari tangan pertama di lapangan. Keempat:
kondisi data pustaka tidak dibatasi oleh ruang dan waktu.
Banyak yang menganggap bahwa riset
perpustakaan identik dengan buku-buku. Anggapan ini tidak salah namun selain
buku-buku ada juga data yang berupa dokumen, naskah kuno dan bahan non cetak
lainnya. Jadi, perpustakaan juga menyimpan karya non cetak seperti kaset,video,
microfilm, mikrofis, disket, pita magnetik, kelongsong elektronik dan lainnya.
Langkah Langkah Melakukan Riset
Kepustakaan
Dalam
melakukan riset kepustakaan, ada empat langkah yang biasa dilakukan.
- Langkah
pertama adalah menyiapkan alat perlengkapan berupa pensil, pulpen dan
kertas catatan.
- Langkah
kedua adalah menyusun bibliografi kerja.
- Langkah
ketiga yang perlu dilakukan adalah mengatur waktu penelitian.
- Langkah
keempat itu yang perlu dilakukan adalah membaca dan membuat catatan penelitian.
Yang
perlu diingat, sebuah catatan bibliografis harus memuat nama pengarang dan
identitas buku lainnya.
A.
DAFTAR
PUSTAKA
2.6 Pengertian Daftar Pustaka
Menurut Gorys Keraf (1997 :213) yang
dimaksud dengan bibliografi atau daftar pustaka adalah sebuah daftar yang
berisi judul buku-buku, artikel-artikel, dan bahan-bahan penerbitan lainnya
yang mempunyai pertalian dengan sebuah karangan atau sebagian dan karangan yang
tengah digarap. Bagi orang awam, daftar pustaka mungkin tidak penting artinya,
tetapi bagi seorang sarjana seorang calon sarjana atau seorang cendekiawan,
daftar pustaka itu merupakan suatu hal yang sangat penting.
Melalui
daftar pustaka, para sarjana atau cendekiawan dapat melihat kembali kepada
sumber aslinya. Mereka dapat menetapkan apakah sumber itu sesungguhnya
mempunyai pertalian dengan isi pembahasan itu, dan apakah bahan itu dikutip
dengan benar atau tidak. Dan sekaligus dengan cara itu pembaca dapat memperluas
pula horison pengetahuannya dengan bermacam-macam referensi itu.
2.7 Fungsi Daftar Pustaka
Fungsi sebuah daftar pustaka
hendaknya secara tegas dibedakan dari fungsi sebuah catatan kaki. Referensi
pada catatan kaki dipergunakan untuk menunjuk kepada sumber dan pernyataan atau
ucapan yang dipergunakan dalam teks. Sebab itu referensi itu harus menunjuk
dengan tepat tempat, di mana pembaca dapat menemukan pernyataan atau ucapan
itu. Dalam hal ini selain pengarang, judul buku dan sebagainya harus
dicantumkan pula nomor halaman di mana pernyataan atau ucapan itu bisa dibaca.
Sebaliknya sebuah daftar pustaka memberikan deskripsi yang penting tentang
buku, majalah harian itu secara keseluruhan. Karena itu fungsi catatan kaki dan
daftar pustaka seluruhnya tumpang-tindih satu sama lain.
Di
pihak lain daftar pustaka dapat pula dilihat dari segi lain, yaitu berfungsi
sebagai pelengkap dan sebuah catatan kaki. Mengapa daftar pustaka itu dapat
pula dilihat sebagai pelengkap? Karena bila seorang pembaca ingin mengetahui
lebih lanjut tentang referensi yang terdapat pada catatan kaki, maka ia dapat mencarinya
dalam daftar pustaka. Dalam daftar pustaka dapat mengetahui
keterangan-keterangan yang lengkap mengenai buku atau majalah itu.
2.8 Unsur-unsur Daftar Pustaka
Untuk persiapan yang baik agar tidak
ada kesulitan dalam penyusunan daftar pustaka itu, tiap penulis harus
mengetahui pokok-pokok mana yang harus dicatat. Pokok yang paling penting yang
harus dimasukkan dalam sebuah daftar pustaka adalah:
a) Nama pengarang, yang dikutip secara
lengkap.
b) Judul Buku, termasuk judul
tambahannya.
c) Data publikasi: penerbit, tempat
terbit, tahun terbit, cetakan keberapa, nomor jilid, dan tebal (jumlah halaman)
buku tersebut.
d) Untuk sebuah artikel diperlukan pula
judul artikel yang bersangkutan, nama majalah, jilid, nomor dan tahun.
Ada
penulis yang memberikan suatu daftar pustaka yang panjang bagi karya yang
ditulisnya. Namun untuk penulisan karya-karya pada taraf permulaan cukup kalau
diusahakan suatu daftar pustaka dari buku-buku yang dianggap penting, dan
sungguh-sungguh diambil sebagai pertimbangan atau dijadikan dasar orientasi
dalam penyusunan bahan-bahan karya tulis itu. Bila daftar pustakanya cukup
panjang, biasanya dibuat daftar berdasarkan klasifikasinya.
Ada
yang membedakan daftar pustaka yang hanya memuat buku, artikel majalah, artikel
ensiklopedi, harian, dsb. Ada pula yang membuat daftar berdasarkan kaitannya
dengan tema yang digarap: buku-buku atau referensi dasar, daftar pustaka khusus
dan daftar pustaka pelengkap.
Persoalan
lain yang perlu ditetapkan juga dalam hubungan dengan daftar pustaka adalah di
mana harus ditempatkan daftar pustaka itu? Bila karangan tidak terlalu panjang,
misalnya skripsi, maka cukup dibuat sebuah daftar pustaka pada akhir karangan
itu. Tetapi kalau bukunya sangat tebal , serta tiap bab cukup banyak
bahan-bahan referensinya, maka dapat diusahakan sebuah daftar pustaka untuk
tiap bab. Dalam hal terakhir ini ada kemungkinan bahwa sebuah karya dapat
disebut berulang kali dalam bab-bab berikutnya.
2.9
Bentuk
Daftar Pustaka
Cara penyusunan daftar pustaka tidak
seragam bagi semua bahan referensi, tergantung dari sifat bahan referensi itu.
Cara menyusun daftar pustaka untuk buku agak berlainan dari majalah, dan
majalah agak berlainan dari harian, serta semuanya berbeda pula dengan cara
menyusun daftar pustaka yang terdiri dan manuskrip-manuskrip yang belum
diterbitkan, seperti tesis dan disertasi. Walaupun terdapat perbedaan antara
jenis-jenis daftar pustaka, namun ada tiga hal yang penting yang selalu harus
dicantumkan yaitu: pengarang, judul, dan data-data publikasi.
Daftar pustaka disusun menurut
urutan alfabetis dan nama pengarangnya. Untuk maksud tersebut nama-nama
pengarang harus dibalikkan susunannya: nama keluarga, nama kecil, lalu
gelar-gelar kalau ada. Jarak antara baris dengan baris adalab spasi rapat.
Jarak antara pokok dengan pokok adalah spasi ganda. Tiap pokok disusun sejajar
secara vertikal. dimulai dan pinggir margin kiri. Sedangkan baris kedua,
Ketiga, dan seterusnya dan tiap pokok dimasukkan ke dalam tiga ketikan (bagi
karya yang mempergunakan lima ketikan ke dalam untuk alinea baru) atau empat
ketikan (bagi karya yang mempergunakan 7 ketikan ke dalam untuk alinea haru).
Bila ada dua karya atau lebih ditulis oleh pengarang yang sama, maka
pengulangan namanya dapat ditiadakan dengan menggantikannya dengan sebuah garis
panjang. Sepanjang lima atau tujuh ketikan, yang disusul dengan sebuah titik.
Ada juga yang menghendaki panjangnya garis sesuai nama pengarang. Namun hal
terakhir ini akan mengganggu dari segi estetis, karena nantinya ada garis yang
pendek ada pula garis yang panjang sekali. Terutama kalau nama pengarang itu
panjang atau karena ada dua tiga nama pengarang.
Karena cara-cara untuk tiap jenis
kepustakaan agak berlainan, maka perhatikanlah ketentuan-ketentuan bagaimana
menyusun urutan pengarang, judul dan data publikasi dan tiap jenis daftar
pustaka tersebut.
a. Dengan
seorang pengarang
Hockett. Charles F. A Course in
Modern Linguistics. New York: The Mac Millan Company. 1963.
1) Nama keluarga (Hockett), lebih dahulu, baru
nama kecil atau inisial (Charles F.),
kemudian gelar-gelar. Hal ini untuk memudahkan penyusunan secara alfabetis.
2) Jika buku itu disusun oleh sebuah
komisi atau lembaga, maka nama komisi atau lembaga itu dipakai menggantikan
nama pengarang.
3) Jika tidak ada nama pengarang, maka
urutannya harus dimulai dengan judul buku. Bagi judul buku dalam bahasa
Indonesia, cukup kita memperhatikan huruf pertama dari buku tersebut, nama
keluarga. Untuk buku yang ditulis dalam bahasa lnggris, Jerman atau Perancis
dan bahasa-bahasa Barat yang lain, maka kata sandang yang dipakai tidak turut
diperhitungkan: A, An, He, Das, Die, Le, La, dsb.
Jadi kata berikutnyalah yang harus diperhitungkan untuk penyusunan daftar
pustaka tersebut. Hal ini berlaku pula untuk artikel yang tidak ada nama
pengarangnya.
4) Judul buku harus digaris-bawahi
(kalau dicetak ditempatkan dalam huruf miring.
5) Urutan data publikasi adalah: tempat
publikasi penerbit dan penanggalan. Jika ada banyak tempat publikasi maka cukup
mencantumkan tempat yang pertama. Jika tidak ada penanggalan, maka pergunakan
saja tahun copyright terakhir yang biasanya ditempatkan di balik halaman judul
buku.
6) Pencantuman banyaknya halaman tidak
merupakan hal yang wajib, sebab itu dapat pula ditiadakan.
7) Perhatikan penggunaan tanda titik
sesudah tiap keterangan: sesudah nama pengarang, sesudah judul buku, sesudah
data publikasi dan kalau ada sesudah jumlah halaman.
8) Perhatikan pula penggunaan titik dua
sesudah tempat terbit, serta tanda koma sesudah nama penerbit.
b. Buku
dengun dua atau tiga pengarang
Oliver. Robert T.. and Rupert L. Cortright.
New Training for Effective Speech. New York: Henry Holt and Company, Inc.,1958
1) Nama pengarang kedua dan ketiga
tidak dibalikkan; dalam hal-hal lain ketentuannya sama seperti nomor a.
2) Urutan nama pengarang harus sesuai
dengan apa yang tercantum pada halaman judul buku, tidak boleh diadakan
perubahan urutannya.
c. Buku
dengan banyak pengarang
Morris, Alton C. et. al. College
English, the First Year. New York : Harcourt, Brace & World. Inc., 1964
Untuk menggantikan nama-nama
pengarang lainnya cukup dipergunakan singkatan et al. singkatan dan kata
Latin et alii yang berarti dan lain-lain. Dalam hal ini dapat
dipergunakan singkatan et. al. atau dkk (dan kawan-kawan).
d. Kalau
edisi berikutnya mengalami perubahan
Gleason, H. A. An Introduction to
Descriptive Linguistics. Rev. ed.New York: Holt. Rinehart and Winston. 1961
1) Jika buku itu mengalami perubahan
dalam edisi-edisi benikutnya, maka biasanya ditambahkan keterangan rev. ed. (revised edition = edisi yang
diperbaiki) di belakang judul tersebut. Di samping itu ada juga yang
tidak menyebut edisi yang diperbaiki. Asalkan jelas menyebut cetakan keberapa:
cetakan ke-2. cetakan ke7. dsb. Keterangan mengenai cetakan ini juga dipisahkan
oleh sebuah titik. – (2) Penanggalan yang harus dicantumkan adalah tahun
cetakan dari buku yang dipakai.
e. Buku yang
terdiri dan dua jilid atau lebih
Intensive
Course in English. 5 vols. Washington: English Language Service. inc.. 1964.
1.Angka jilidnya ditempatkan sesudah
judul, serta dipisahkan oleh sebuah tanda titik, dan selalu disingkat.
2.Untuk penerbitan Indonesia bisa
dipergunakan singkatan Jil. atau Jld.
f. Sebuah
edisi dan karya seorang pengarang atau lebih
Ali.Lukman. ed. Bahasa dan
Kesusastraan Indonesia sebagai Tjemin Manusia Indonesia Baru. Djakarta: Gunung
Agung. 1967
1. Jika editornya lebih dan seorang,
maka caranya sama seperti pada nomor b dan c.
2. Ada juga kebiasaan lain yang
menempatkan singkatan editor dalam tanda kurung (ed).
g. Sebuah
Kumpulan Bunga Rampai atau Antologi
Jassin,
H. B. ed. Gema Tanah Air, Prosa dan Puisi. 2 JId. Jakarta: Balai Pustaka 1969.
h. Sebuah
Buku Terjemahan
Multatuli.
Max Have/aar, atau Ladang Kopi Persekutuan Dagang Belanda, terj. H.B. Jassin,
Jakarta: Djambatan, 1972.
1. Nama pengarang asli yang diurutkan
dalam urutan alfabetis.
2. Keterangan tentang penterjemah
ditempatkan sesudah judul buku, dipisahkan dengan sebuah tanda koma.
i.
Artikel dalam sebuah Himpunan
Riesman,
David. “Character and Society,” Toward Liberal Education. eds. Louis
G. Locke, William M. Gibson. and George Arms. New York: Holt. Rinehart and
Winston. 1962.
1. Perhatikan: baik judul artikel
maupun judul buku harus dimàsukkan; begitu pula penulis dan editorya harus
dicantumkan juga.
2. Judul artikel selalu ditulis dalam
tanda kutip, sedangkan judul buku digaris-bawahi atau dicetak miring.
3. Perhatikan pula tanda koma yang
ditempatkan antara judul artikel dan judul buku, harus ditempatkan dalam tanda
kutip kedua, tidak boleh sesudah tanda kutip.
4. Jadi ketiga bagian dan kepustakaan
ini tetapi dipisahkan dengan titik, yaitu pertama: nama pengarang penulis
artikel, kedua judul artikel judul buku dan editor, ketiga tempat terbit –
penerbit tahun terbit.
j.
Artikel dalam Ensiklopedi
Wright,
J.T. “Language Varieties: Language and Dialect,” Encyclopaedia of Linguistics,
information and Control, hal. 243 – 251.
Wright, JT. “Language Varieties: Language and Dialect,” Encyclopaedia of
Linguistics, information and Control (Oxford: Pergamon Press Ltd., 1969), hal.
243 – 251.
1. Bila ada artikel yang jelas
pengarangnya, maka nama pengarang itulah yang dicantumkan.Bila tidak ada nama
pengarang, maka judul artikel yang harus dimasukkan dalam urutan alfabetisnya.
2. Untuk penanggalan dapat dipergunakan
nomor edisinya, dapat pula tahun penerbitnya
3. Perhatikan pula bahwa antar judul
ensiklopedi dan keterangan tentang edisi atau tahun terbit, jilid dan halaman
harus ditempatkan tanda koma sebagai pemisah..
4. Contoh yang kedua sebenarnya sama
dengan contoh yang pertama, hanya terdapat perbedaan berupa pemasukan tempat
terbit dan penerbit. Bila tempat terbit dan penerbit dimasukkan, maka : tempat
terbit, penerbit dan tahun terbit dimasukkan dalam kurung. Hal ini biasanya
berlaku bagi ensiklopedi yang tidak terlalu umum dikenal.
5.
Macam-macam
Daftar Pustaka
a. Buku-buku dasar : buku yang
dipergunakan sebagai bahan orientasi umum mengenai pokok yang digarap itu.
b. Buku-buku khusus : yaitu buku-buku
yang dipakai oleh penulis untuk mencari bahan-bahan yang langsung bertalian
dengan pokok persoalan yang digarap.
c. Buku-buku pelengkap : buku-buku yang
topiknya lain dari topik yang digarap penulis.
6.
Penyusunan
Daftar Pustaka
Untuk menyusun sebuah daftar yang
final perlu diperhatikan terlebih dahulu hal-hal berikut :
a. Nama pengarang diurutkan menurut
alfabet, Nama yang dipakai dalam urutan itu adalah nama keluarga.
b. Bila tidak ada pengarang, maka judul
buku atau artikel yang dimasukkan dalam urutan alfabet.
c. Jika untuk seorang pengarang
terdapat lebih dari satu bahan referensi, maka untuk referensi yang kedua dan
seterusnya , nama pengarang tidak perlu diikutsertakan, tetapi diganti dengan
garis sepanjang 5 atau 7 ketukan.
d. Jarak antara baris dengan baris
untuk satu referensi adalah satu spasi. Tetapi jarak antara pokok dengan pokok
lain adalah dua spasi.
e.
Baris
pertama dimulai dari margin kiri. Baris kedua dan seterusnya dari tiap pokok
harus dimasukkan ke dalam sebanyak 3 atau 4 ketikan. (Gorys Keraf, 1997 : 222).
B.
KUTIPAN
1. Pengertian Kutipan
Kutipan adalah pinjaman pendapat
dari seorang pengarang atau seseorang, baik berupa tulisan dalam buku, majalah,
surat kabar, atau dalam bentuk tulisan lainnya, maupun dalam bentuk lisan.
2. Tujuan Kutipan
Dalam tulisan ilimiah, baik berupa
artikel, karya tulis, skripsi, tesis, dan disertasi selalu terdapat kutipan.
Kutipan adalah pengokohan argumentasi dalam sebuah karangan. Seorang penulis
tidak perlu membuang waktu untuk menyelidiki suatu hal yang sudah dibuktikan
kebenarannya oleh penulis lain, penulis cukup mengutip karya orang lain
tersebut.
Dengan demikian kutipan mempunyai
fungsi sebagai :
a. Landasan teori
b. Penguat pendapat orang lain
c. Penjelasan suatu uraian
d. Bahan bukti untuk menunjang pendapat
itu.
Berdasarkan fungsi di atas seorang
penulis harus memperhatikan hal-hal berikut :
1. Penulis mempertimbangkan bahwa
kutipan itu perlu
2. Penulis bertanggung jawab penuh
terhadap ketepatan dan ketelitian kutipan
3. Kutipan dapat terkait dengan
penemuan teori
4. Jangan terlalu banyak menggunakan
kutipan langsung.
5. Penulis mempertimbangkan jenis
kutipan, kutipan langsung atau kutipan tak langsung
6. Perhatikan teknik penulisan kutipan
dan kaitannya dengan sumber rujukan.
3. Prinsip Mengutip
Pengutip tahu bahwa dalam kalimat
itu ada kata yang salah, namun pengutip tidak boleh memperbaikinya.
Cara memperbaikinya :
1) ‘Tugas bank antara lain member
pinjam [seharusnya, pinjaman, penulis] uang.’
2) ‘Tugas bank antara lain memberi
pinjam uang.’
artinya
dikutip sesuai dengan aslinya.
Cara 2) ini lebih umum.
Menghilangkan bagian kutipan
Dalam kutipan diperkenankan
menghilangkan bagian-bagian kutipan dengan syarat bahwa penghilangan bagian itu
tidak menyebabkan perubahan makna.
Caranya :
1) Menghilangkan bagian kutipan yang
kurang dari satu alinea. Bagian yang dihilangkan diganti dengan tiga titik
berspasi.
2) Menghilangkan bagian kutipan yang
kurang dari satu alinea.
Bagian yang dihilangkan diganti dengan tiga titik berspasi sepanjang garis
(dari margin kiri sampai margin kanan).
4. Jenis Kutipan
a.
Kutipan
langsung adalah pinjaman pendapat dengan mengambil secara lengkap kata demi
kata, kalimat demi kalimat dari sumber teks asli.
b.
Kutipan
tak langsung adalah pinjaman pendapat dengan mengambil inti sarinya saja.
c.
Kutipan
pada catatan kaki.
d.
Kutipan
atas ucapan lisan.
e.
Kutipan
dalam kutipan.
f.
Kutipan
langsung dalam materi.
5. Cara Mengutip
a.
Kutipan langsung
Ü yang tidak lebih dari empat baris :
a) kutipan diintegrasikan dengan teks
b) jarak antar baris kutipan dua spasi
c) kutipan diapit dengan tanda kutip
d) sudah kutipan selesai, langsung di
belakang yang dikutip dalam tanda kurung ditulis sumber darimana kutipan itu
diambil, dengan menulis nama singkat atau nama keluarga pengarang, tahun
terbit, dan nomor halaman tempat kutipan itu diambil.
Ü yang lebih dari empat baris :
a) kutipan dipisahkan dari teks sejarak
tiga spasi
b) jarak antar kutipan satu spasi
c) kutipan dimasukkan 5-7 ketukan,
sesuai dengan alinea teks pengarang atau pengutip. Bila kutipan dimulai dengan
alinea baru, maka baris pertama kutipan dimasukkan lagi 5-7 ketukan.
d) kutipan diapit oleh tanda kutip atau
diapit tanda kutip.
e) di belakang kutipan diberi sumber
kutipan (seperti pada 1)
b.
Kutipan
tak langsung
1) kutipan diintegrasikan dengan teks
2) jarak antar baris kutipan spasi
rangkap
3) kutipan tidak diapit tanda kutip
4) sesudah selesai diberi sumber
kutipan
c.
Kutipan
pada catatan kaki
Kutipan
selalu ditempatkan pada spasi rapat, meskipun kutipan itu singkat saja. Kutipan
diberi tanda kutip, dikutip seperti dalam teks asli.
d.
Kutipan
atas ucapan lisan
Kutipan
harus dilegalisir dulu oleh pembicara atau sekretarisnya (bila pembicara
seorang pejabat). Dapat dimasukkan ke dalam teks sebagai kutipan langsung atau
kutipan tidak langsung.
e.
Kutipan
dalam kutipan
Kadang-kadang
terjadi bahwa dalam kutipan terdapat lagi kutipan.
Dalam hal
ini dapat ditempuh dua cara :
1) bila kutipan asli tidak memakai
tanda kutip, kutipan dalam kutipan dapat mempergunakan tanda kutip tungggal
atau tanda kutip ganda.
2) bila kutipan asli memakai tanda kutip, kutipan dalam kutipan mempergunakan
tanda kutip ganda. Sebaliknya bila kutipan asli memakai tanda kutip ganda,
kutipan dalam kutipan memakai tanda kutip tunggal.
f.
Kutipan
langsung dalam materi
Kutipan
langsung dimulai dengan materi kutipan hinggga perhentian terdekat, (dapat
berupa koma, titik koma, atau titik) disusul dengan sisipan penjelas siapa yang
berbicara.
Contoh : “Jelas,” kata Prof. Haryati, ”kosa kata bahasa Indonesia banyak
mengambil dari kosa kata bahasa Sansekerta.
BAB
III
PENUTUP
KESIMPULAN
Jadi, karangan ilmiah adalah suatu tulisan yang
didalamnya membahas suatu masalah yang dilakukan berdasarkan penyedikan,
pengamatan, pengumpulan data yang dapat dari suatu penelitian,baik penelitian
lapangan, tes labolatorium ataupun kajian pustaka dan dalam memaparkan dan
menganalisis datanya harus berdasarkan pemikiran ilmiah,yang dikatakan dengan
pemikiran ilmiah disini adalah pemikiran yang logis dan empiris.
Bentuk karangan ilmiah dapat berupa makalah, usulan
penelitian, skripsi, tesis, dan disertasi. Sedangkan jenis karangan ilmiah,
antara lain laporan penelitian, makalah seminar atau simposium, dan artikel jurnal
yang pada dasarnya semua itu merupakan produk dari kegiatan ilmuwan.
DAFTAR
PUSTAKA
http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2010/03/hakikat-karya-ilmiah-ciri-ciri-jenis-karya-ilmiah-sikap-ilmiah-dan-kesalahan-dalam-penulisan-ilmiah-2/